Lokasi

Lapangan Desa Logandeng
Plembon Kidul, Kalurahan Logandeng, Kapanewonan Playen
Gunungkidul

Tanggal

11 - 18 Oktober 2025

FKY Rembug

FKY Rembug merupakan rangkaian diskusi seminar tematik, hingga musyawarah yang menyoroti tema besar FKY 2025: Adoh Ratu, Cedhak Watu. Program ini menjadi ruang bertukar gagasan, pengalaman, dan refleksi atas berbagai praktik budaya yang hidup di tengah masyarakat.

Tahun ini, Rembug FKY menyajikan tiga program utama: Wicara, Siniar, dan Musyawarah Adoh Ratu, Cedhak Watu.

WICARA FKY

Wicara FKY merupakan program seminar dan diskusi yang membuka ruang dialog kritis seputar tema Adoh Ratu, Cedhak Watu. Program ini menghadirkan para pakar, seniman, dan pelaku budaya untuk membicarakan beragam topik seperti pengetahuan lokal, praktik kolektif seni, tradisi rasulan, ketahanan agraria, mitos dan sejarah “wahyu”, serta catatan pengalaman seniman dalam residensi FKY 2025. Melalui perbincangan yang hangat namun bernas, Wicara FKY mengajak publik menimbang kembali nilai-nilai adat, relasi sosial, dan praktik budaya masyarakat Gunungkidul dalam menghadapi perubahan zaman.

Program wicara “Yogyakarta and Cultural Practice: Rethinking Indigenous Knowledge Today” menghadirkan ruang dialog kritis mengenai perjumpaan pengetahuan lokal dengan tantangan modernitas. Wicara ini menelusuri praktik budaya Yogyakarta sebagai warisan hidup yang terus bertransformasi, bukan sekadar peninggalan masa lalu. Para narasumber akan mengurai bagaimana kearifan lokal dapat ditafsir ulang untuk menjawab persoalan sosial, ekologis, dan kultural masa kini. Dengan demikian, wicara ini menjadi ajang refleksi kolektif untuk menimbang kembali posisi pengetahuan asli dalam membangun arah kebudayaan kontemporer.

Program wicara “Colabs-Collective: Tracing Relational Practice in Gunungkidul” menghadirkan refleksi atas perjalanan para seniman residensi kolektif yang dikirim ke Gunungkidul untuk menelusuri lanskap sosial dan kulturalnya. Dari interaksi dengan masyarakat, mereka menemukan kedalaman makna yang lahir dari keseharian, relasi, dan praktik hidup setempat. Proses ini dipahami bukan sekadar eksplorasi artistik, melainkan sebagai metode untuk membaca dan menafsirkan kembali ruang budaya Gunungkidul. Dengan demikian, wicara ini membuka pemahaman bahwa praktik kolektif dapat menjadi jembatan antara seni, pengetahuan lokal, dan cara hidup komunitas.

Program wicara “Tradisi Rasulan dalam Kasunyatan” menghadirkan ruang kritis untuk membaca ulang rasulan, bukan sekadar merayakan nilai-nilai baiknya. Acara ini berusaha mengulik bagaimana kenyataan tradisi dan perayaan rasulan berlangsung hari ini, di tengah perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Para narasumber akan menimbang dinamika antara makna ideal rasulan dengan praktik aktual yang kerap mengalami pergeseran. Dengan demikian, wicara ini membuka percakapan reflektif tentang posisi rasulan dalam kehidupan masyarakat masa kini: masihkah ia menjadi laku budaya, ataukah sekadar seremoni yang tereduksi?

Program wicara “Bagaimana Kita Memetakan Ketahanan Agraria di Gunungkidul?” mengajak publik menelaah kondisi agraria sebagai fondasi penting kehidupan masyarakat pedesaan. Diskusi ini menyoroti bagaimana praktik bertani, pengelolaan lahan, serta relasi manusia dengan alam menghadapi tantangan modernitas, perubahan iklim, dan tekanan ekonomi. Para narasumber akan memetakan strategi lokal maupun kemungkinan baru dalam menjaga keberlanjutan pangan dan ruang hidup. Dengan demikian, wicara ini menjadi ruang refleksi kolektif untuk memahami ketahanan agraria bukan hanya sebagai isu pertanian, tetapi juga sebagai persoalan sosial, kultural, dan ekologis.

FKY 2025 mengangkat tema Adoh Ratu Cedhak Watu, sebuah adagium yang lazim dan karin di Gunungkidul. Tetapi, jika menilik sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam, Gunungkidul justru menjadi situs penting bagi turunnya "Wahyu Mataram" yang konon berada di Kembang Lampir. Cerita sejarah yang sudah jadi mitos legenda ini menarik untuk dibicarakan. Lebih-lebih Gunungkidul memiliki banyak situs seperti bukit, batu, sungai, yang berkait-tarik dengan turunnya wahyu-wahyu kekuasaan terutama di Jawa. Apakah hal itu memang benar adanya atau isapan jempol belaka? Dan hal ini juga menarik jika dikaitkan dengan situasi geo-sosial-politik dewasa ini. Batu, menjadi satu kata kunci yang seakan tak bisa dilepaskan dengan Gunungkidul. Kita akan bicarakan hal ini dari perspektif sastra: mitos legenda dan sejarah, khusunya dari apa yang tersurat di serat babad versi istana dan sastra lisan yang berkembang di masyarakat.

Dalam penyelenggaraan FKY 2025 ini, Gunungkidul tidak hanya sebagai ruang terpilih sebagai venue: wilayah ini merajut ketidaktahuan hingga menghadirkan gerak mencari, bertamu, dan mengenal. Berangkat dari tradisi bertamu, Tradisi bertamu dalam budaya Jawa tidak sekadar kunjungan fisik, tetapi sebuah tata krama, adab, dan penghormatan kepada tuan rumah. Di dalamnya ada ruang untuk dialog, berbagi kisah, dan merawat hubungan sosial.

Dalam gelagat untuk mengenal dan merawat, pameran ini mendudukkan Gunungkidul sebagai ruang pertemuan dan ruang sosial. Dalam penyelenggaraan pameran, seniman menjangkarkan kehidupan sehari-hari dan kehidupan bermasyarakat sebagai proses, praktik dan membuka ruang pengalaman kolektif. Selama 7 hari hunian, para seniman akan berdiam di lokus-lokus tertentu—ruang ekologis, sosial, maupun kultural—untuk mengalami, mendengarkan, dan menajamkan ulang kisah, fenomena, serta sejarah yang melekat di sana.

Setiap lokus ditautkan dengan topik wacana tertentu yang relevan dengan isu-isu setempat: tanah dan hutan adat, tambang dan pariwisata, hingga kisah lokal yang masih hidup dan dihidupi. Wacana ini kemudian menjadi medan eksplorasi, tempat masing-masing seniman merespons dengan spekulasi pendekatan artistiknya

SINIAR FKY

Siniar FKY merupakan program talk show dalam bentuk podcast yang menghadirkan berbagai narasumber dari Gunungkidul untuk berbagi pandangan tentang kehidupan, tradisi, dan kreativitas masyarakat setempat. Mengusung tema Adoh Ratu, Cedhak Watu, siniar ini membahas beragam topik mulai dari kesenian jathilan, budaya anak muda, hingga kisah kuliner dan peternakan lokal. Disajikan dalam format obrolan santai di panggung utama FKY, program ini mengajak publik untuk mendengarkan cerita-cerita yang hidup dari akar budaya Gunungkidul. Siaran Siniar FKY juga dapat disimak melalui kanal YouTube FKY.

Siniar kali ini membahas perjalanan Cik Lin dalam melestarikan kesenian jathilan bersama kelompok Rogo Joyo Suro di Wonosari, Gunungkidul, serta peran komunitas Garangan Squad dalam menghidupkan ruang kreatif lintas generasi. Percakapan ini akan menyingkap dinamika tradisi dan modernitas dalam pertunjukan jathilan, mulai dari nilai spiritual, ekspresi seni, hingga tantangan eksistensi di tengah gempuran budaya populer. Lebih jauh, diskusi ini juga menyoroti bagaimana jathilan dapat menjadi wadah kebersamaan, identitas lokal, sekaligus inspirasi bagi regenerasi seniman muda.

Siniar Episode ini mengulas dinamika dunia clothing di Gunungkidul melalui perspektif seorang pengusaha lokal yang berupaya membangun brand fashion dengan identitas khas daerah. Bersama ketua karang taruna, percakapan ini menyingkap bagaimana tren fashion tidak hanya berkaitan dengan gaya anak muda, tetapi juga erat dengan gerakan komunitas, ruang kreativitas, dan identitas budaya. Lebih jauh, siniar ini akan menyoroti potensi clothing lokal untuk menembus pasar yang lebih luas sekaligus menjadi medium ekspresi generasi muda Gunungkidul dalam memaknai kebersamaan dan kebanggaan daerahnya.

Siniar episode ini menyoroti perjalanan para peternak kambing Gunungkidul yang tidak hanya bergelut dengan tantangan usaha sehari-hari, tetapi juga berupaya meneguhkan eksistensinya melalui kontes kambing di Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 bertema Adoh Ratu, Cedhak Watu. Diskusi ini akan mengupas bagaimana kontes kambing bukan sekadar ajang adu kualitas ternak, melainkan juga ruang pertemuan tradisi, prestise sosial, dan strategi ekonomi kreatif pedesaan. Lebih jauh, siniar ini mengajak pendengar memahami betapa peternakan kambing dapat menjadi simbol ketekunan, kebanggaan lokal, sekaligus bagian dari lanskap kebudayaan Gunungkidul yang terus hidup dan bertransformasi

Siniar kali ini mengangkat topik kuliner melalui kisah Thiwul Yu Tum sebagai pengusaha kuliner tradisional yang berhasil mengangkat citra thiwul dari makanan sederhana pedesaan menjadi ikon kuliner Gunungkidul. Bersama food vlogger Wulan Lala, siniar ini akan mengupas bagaimana perspektif pelaku usaha dan pengulas kuliner saling bertemu dalam membangun narasi kelezatan, keaslian, sekaligus daya tarik thiwul dan hidangan khas Yogyakarta lainnya. Lebih jauh, siniar ini juga menyoroti bagaimana kuliner lokal bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga medium identitas budaya, daya tarik wisata, serta inspirasi kreatif lintas generasi.

MUSYAWARAH FKY - Adoh Ratu Cedhak Watu?: Refleksi Kebudayaan Yogyakarta

Musyawarah FKY merupakan forum reflektif yang menutup rangkaian program Rembug FKY. Melalui tema Adoh Ratu, Cedhak Watu, forum ini menjadi ruang bersama untuk menimbang ulang makna adat istiadat dan kebudayaan Yogyakarta hari ini, berangkat dari pengalaman masyarakat Gunungkidul.

Menghadirkan pengampu kebijakan, pelaku budaya, dan publik, sesi ini membuka percakapan kritis tentang relasi antara kuasa, tradisi, dan kehidupan sehari-hari. Musyawarah menjadi momentum untuk merumuskan pandangan bersama: bagaimana kebudayaan dapat terus hidup, kritis, dan berpihak pada masyarakat di tengah perubahan zaman.

Narasumber

  1. Agus Mantara (Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul)
  2. Herlan Susanto Sae (Sesepuh Ikatan Perupa Gunungkidul)
  3. Iba Ibok (Sanggar Kayu Angin)
  4. Ismu Ismoyo (Abdw Art Project)
  5. Kus Antoro (Seniman Dan Pengamat Agraria)
  6. Setyo Nugroho (Kepala Dinas Kominfo Dan Ekraf Gunungkidul)
  7. Ida Rochmawati (Psikiater Dan Praktisi Kesehatan Mental)
  8. Diah Widuretno (Pendiri Sekolah Pagesangan)
  9. Farid Stevy (Seniman Dan Musisi)
  10. Endah Subekti (Bupati Gunungkidul)

Moderator

  1. Bm Anggana
  2. Shohifur Ridho
  3. Dewi Kencana
  4. Adhi Pandoyo
Agenda Terkait :
Senin, 13 Oktober 2025
10.00 - 12.00
FKY REMBUG: WICARA #1
YOGYAKARTA AND CULTURAL PRACTICE: RETHINKING INDIGENOUS KNOWLEDGE TODAY!
Pembicara: Panay Mulu | Kulas Umo
Moderator: Syafiatudina
Kampus 1 Universitas Gunungkidul
13.00 - 15.00
FKY REMBUG: WICARA #1
COLABS-COLLECTIVE: TRACING RELATIONAL PRACTICE IN GUNUNGKIDUL
Pembicara: Enji Sekar | Esty Wika Silva | Jevi Adhi Nugraha
Moderator: BM. Anggana
Kampus 1 Universitas Gunungkidul
15.45 -16.45
FKY REMBUG: SINIAR #1
AFTER NJATHIL YOU GARANG(AN)!
Narasumber: Lina Susanti | Amrih Cipto Sudarmo
Host: Helena Buana
Lapangan Desa Logandeng
Selasa, 14 Oktober 2025
10.00 - 12.00
FKY REMBUG: WICARA #2
TRADISI RASULAN DALAM KASUNYATAN?
Pembicara: Jevi Adhi Nugraha
Moderator: Febi Setiyawati
Kampus 1 Universitas Gunungkidul
13.00 - 15.00
FKY REMBUG: WICARA #2
BAGAIMANA KITA MEMETAKAN KETAHANAN AGRARIA DI GK?
Pembicara: Wage Daksinarga
Moderator: Adhi Pandoyo
Kampus 1 Universitas Gunungkidul
15.45 -16.45
FKY REMBUG: SINIAR #2
JAGAD CLOTHINGAN LAN YOUTH CULTURE
Narasumber: Bayu Candra Saputra | Septian Nurmansah
Host: Helena Buana
Lapangan Desa Logandeng
Rabu, 15 Oktober 2025
10.00 - 12.00
FKY REMBUG: WICARA #3
WAHYU RATU TUMURUN ING RATU
Pembicara: Ida Mandalawangi | Sigit Nurwanto
Moderator: Latief S. Nugraha
Kampus 1 Universitas Gunungkidul
15.45 -16.45
FKY REMBUG: SINIAR #3
KALA KAMBING RAYAKAN FKY, KMDMN?
Narasumber: Alif Rusbani | Kuwatno
Host: Helena Buana
Lapangan Desa Logandeng
Kamis, 16 Oktober 2025
15.45-16.45
FKY REMBUG: SINIAR #4
NJO, RICE THIWUL DON'T SAOTO!
Narasumber: Ratmi Ningsih | Dina Wulan
Host: Helena Buana
Lapangan Desa Logandeng
Jumat, 17 Oktober 2025
14.00
FKY REMBUG
WEDANGAN GUNUNGKIDUL
Lapangan Desa Logandeng