Lokasi

Lapangan Desa Logandeng
Plembon Kidul, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen
Gunungkidul

Tanggal

11 - 18 Oktober 2025

Pasaraya

Pasaraya Ruwang Berdaya

Pasaraya adalah wajah ekonomi budaya dan ekonomi kreatif FKY yang tahun ini hadir di Gunungkidul, wilayah yang kaya akan alam dan tradisi. Mengusung tema Adat Istiadat, Pasaraya dirancang bukan hanya sebagai ruang jual-beli produk lokal, tapi juga sebagai ruang ekspresi budaya yang segar, artistik, dan kontekstual.

Melalui konsep “Ruwang Berdaya”, Pasaraya menjadi etalase budaya hidup—tempat karya, komoditas lokal, dan gagasan artistik bertemu. Di sini, pengunjung tidak hanya berbelanja, tapi juga mengalami perjumpaan budaya— pertukaran nilai, cerita, dan rasa antar-sesama warga. Setiap ruang dan produk dikurasi layaknya instalasi seni, mempertemukan fungsi dan estetika. Disinilah seni dan ekonomi lokal saling menguatkan, menghadirkan ruang yang tidak hanya menampilkan tetapi juga memberdayakan. 

Pasaraya diikuti oleh 18 Kapanewon di Gunungkidul, masing-masing diwakili oleh komunitas-komunitas lokal yang merancang galeri mereka layaknya rumah untuk menyambut pengunjung, dengan kurasi mencakup:

  • Rasa tradisi: makanan, minuman, dan herbal dengan kemasan alami tanpa plastik, menyuguhkan cita rasa sekaligus pesan kelestarian
  • Karya tangan warga: kerajinan khas tiap kapanewon yang unik, kreatif, dan bernilai tinggi.
  • Layanan interaktif: mulai dari seputaran aktivitas ritual sampai permainan tradisional
  • Warisan budaya: benda maupun praktik hidup yang menyimpan jejak sejarah dan memori kolektif

Playen menyimpan banyak hal dalam diam. Di sana, bunga telang dijadikan teh kaya antioksidan; peyek dan gethuk Srikandi menjadi camilan lokal penuh makna. Motif daun Lo pada batiknya menyimpan sejarah asal-usul Desa Logandeng. Lukisan kayu dari Dapur Kriya dan permainan dakon diwariskan seperti harta, sementara tosan aji seperti keris masih dirawat dengan khidmat oleh warga yang memahami nilainya lebih dari sekadar besi.

UMKM terlibat:
Minuman Herbal Sari Telang, Mekarsari Kripik, Kentang Mustopa, Dawet Kenes, Batik Lo, Dapur Kriya, KWT Mawar

Menyajikan:
Teh bunga telang dan jamu herbal, makanan tradisional seperti peyek dan gethuk, batik bermotif daun Lo, kerajinan kayu, bibit tanaman, permainan tradisional,tosan aji.

Tepus punya cara lain merawat tradisi. Nahera, minuman rempah cair dan instan, dikembangkan dari kearifan lokal. Di Warung Ndeso, camilan masa kecil seperti manggleng dan lempeng tak pernah hilang. Caping, tampah, dan pengki dari bambu dibuat telaten oleh Bu Yani, menghidupkan kembali kerajinan yang nyaris dilupakan. Bahkan pijat syaraf ala Ahsan dan batu artefak kuno di Giripanggung menjadi cerita yang membentang dari masa lalu ke masa kini.

UMKM terlibat:
Nahera, Warung Ndeso, Kerajinan Bambu Bu Yani, Ahsan Pijat

Menyajikan:
Jamu rempah cair, makanan tradisional, kerajinan kayu dan bambu, serta pijat tradisional dan artefak budaya yang menjaga kesinambungan antara tradisi dan kehidupan sehari-hari.

Wonosari mengundang kita untuk mampir ke Angkringan Jeng Nyunyun, tempat di mana wedang jahe, nasi kucing, dan gorengan bukan sekadar santapan, melainkan pengalaman. Dari Wareng, Herbal Yuniari menghadirkan olahan jahe, serai, dan rempah lokal menjadi minuman sehat dalam kemasan modern, menjembatani tradisi dan inovasi. Tak ketinggalan, Ya Leather menampilkan karya kulit berupa tas dan dompet berkualitas, sementara Kelompok Muktiya menjaga keterampilan jamu rumahan agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.

UMKM terlibat:
Herbal Yuniari, Angkringan Jeng Nyunyun, Ya Leather, Kelompok Muktiya

Menyajikan:
Jamu dan minuman herbal, kuliner tradisional, kerajinan kulit, serta keterampilan jamu rumahan.

Paliyan, batik cap dan ecoprint dipakai bukan hanya untuk hiasan, tapi juga sebagai identitas—dipakai oleh pamong, kader, dan warga dalam kegiatan sehari-hari. Di sela batik, ada bolu kelapa Arunika dan keripik peyek yang melengkapi cerita rasa.

UMKM terlibat:
Arunika Bolu Kelapa, Batik Tulus, Tlutuh Eron, Monggo Mbatik Mriki

Menyajikan:
Olahan kelapa dan makanan tradisional, batik, ecoprint, serta praktik membatik yang hidup berdampingan dengan situs budaya.

Girisubo mempersembahkan kekayaan lautnya lewat olahan tuna yang disajikan hangat—mulai dari sate, tongseng, hingga bakso tuna yang menggoda. Di warung kecilnya, minuman herbal dapat dinikmati dalam versi bubuk maupun cair, panas atau dingin. Tak ketinggalan, Batik Tunas Mekar dengan goresan tangan di atas kain primisima menghadirkan semangat dan ketekunan khas pesisir selatan.

UMKM terlibat:
Minada, Nala Snack, Jamu Dawis 04, Batik Tunas Mekar

Menyajikan:
Olahan tuna, snack jadul, jamu herbal, dan batik tulis

Nglipar menunjukkan bahwa tradisi bisa ramah lingkungan. Pepes tawon, gudeg, dan pepes lumbu adalah santapan sehat. Gula jahe dan kencur dibuat dari gula kelapa lokal dan siap seduh. Bahkan rokok herbal dari daun gaharu dan cengkeh bisa dinikmati tanpa rasa bersalah. Tengok, kerajinan bambu khas dari Pak Ngadiyono, dipasarkan di pasar tradisional, tetap bertahan lewat pasar Legi. Inovasi seperti PGPR, pupuk hayati yang menyuburkan tanah, membuktikan bahwa warga Nglipar peduli pada masa depan bumi. Dan tentu saja, keris dan tombak warisan tetap dijaga, bukan hanya sebagai benda pusaka, tapi sebagai pengingat bahwa kita 

UMKM terlibat:
Bale Dahar, Kelompok Petani Kelapa Sari Manggar, Desa Prima “Rengkuh Kedaton”, KWT Lumintu, KWT Prima, KWT Pengkol, Produsen Gula Jawa Kalurahan Pilangrejo, Jayasri, Tosan Aji Kalurahan Natah

Menyajikan:
Makanan tradisional dan jamu, kerajinan bambu dan batik, pupuk hayati, serta pelestarian tosan aji dan warisan budaya.

Panggang membawa kita ke masa kecil lewat cucur, tape ketan, semorondono, serta egrang yang masih dimainkan anak-anak. Kerajinan limbah kayu dan batik cap Sumringah memperkaya ekonomi warganya. Budaya seperti bukaan Cupu Panjala dan petilasan Kembang Lampir tetap dijaga dan berlangsung dalam keseharian.

UMKM terlibat:
Desa Preneur Girisuko Panggang

Menyajikan:
Makanan tradisional, kerajinan kayu dan batik, tas vinil, serta Permainan Tradisional

Rongkop hadir dengan rasa pegunungan yang sederhana namun berkarakter. Gatot, thoplek, tempe benguk, dan bendrat menjadi sajian khas yang bersanding dengan kerajinan blangkon dan aksesori Jawa. Di sana, pijat bayi menjadi praktik yang diwariskan dengan kasih, dan Situs Song Braholo tetap dijaga sebagai saksi sejarah yang hidup di tengah masyarakat.

UMKM terlibat:
Niki Echo, Yani’s Cake, Dapur Cahaya, Kerajinan Bambu Sido Mukti Melikan, Totok Blangkon, Pijat Bayi Bu Paikem

Menyajikan:
Makanan tradisional khas pegunungan, kerajinan bambu dan aksesori pakaian Jawa, serta layanan pijat bayi dan situs budaya yang merekam perjalanan sejarah Rongkop.

Patuk pun tak kalah kreatif. Dari desa Nglanggeran, selain wisata alamnya, lahir produk cokelat dan susu kambing yang memanfaatkan kekayaan alam setempat. Wedang uwuh dan minyak sereh buatan warga menjadi bukti bahwa tradisi dan kesehatan bisa berjalan beriringan. Di Bobung, topeng kayu tidak hanya dipahat, tapi juga dilukis batik, menciptakan perpaduan unik antara kriya dan seni rupa.

UMKM terlibat:
Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran, Wedang Uwuh Bungadi, Topeng Batik Bobung, Omah Terapi Jari Listrik

Menyajikan:
Olahan cokelat, susu, dan jamu tradisional; kerajinan kayu; serta layanan terapi dan pijat tradisional yang tumbuh berdampingan dengan wisata alam khas Nglanggeran.

Purwosari menghadirkan keseimbangan antara rasa dan rupa: ada kunir asem, beras kencur, serta batik jumputan berwarna cerah yang menunjukkan bahwa kesehatan dan estetika bisa bersatu dalam satu karya. Tradisi seperti babat dalan dan gebang koro menjadi ritual penuh makna—membuka jalan dan memohon restu alam.

UMKM terlibat:
Prima Lestari Purwosari, Batik Nogo Lintang

Menyajikan:
Makanan dan jamu tradisional, serta batik jumputan yang berpadu dengan kekayaan ritual adat Purwosari.

Ponjong punya batik ciprat dan ecoprint, tahu susu berkualitas, serta jamu halal. Di sana, pijat tradisional dan spa ala Mbak Tika menjadi tempat warga kembali merasa segar. Joglo Giri Kusumo berdiri sebagai ruang bertemunya seni, tradisi, dan ketenangan.

UMKM terlibat:
Tahu Susu Gunungkidul, Jamu Ajeg Waras, Jajanan Tradisional & Aneka Kripik Olahan Pisang dari Bonggol, Batik Ciprat Santosso, Ecoprint Asem Mulyo, Kerajinan Batu Desa Sidorejo, Spa Tradisional Mbak Tika, Wisata Religi Girikusumo

Menyajikan:
Makanan tradisional, jamu herbal, batik, ecoprint, kerajinan batu, layanan pijat dan spa tradisional, serta wisata budaya di Joglo Giri Kusumo.

Gedangsari menghadirkan rasa manis dalam berbagai bentuk: cokelat diolah menjadi kripik pisang, dodol, hingga brownies tiwul yang tak biasa. Batik dan kerajinan bambu berkembang berdampingan dengan seni tatah wayang yang terus hidup dari generasi ke generasi.

UMKM terlibat:
Macho Rumah Coklat, Berkah Dheling, Batik Randu Alas, Tatah Wayang Hadicorito

Menyajikan:
Olahan cokelat, kerajinan bambu, batik, serta seni tatah wayang yang mencerminkan kehalusan budaya lokal.

Saptosari menyapa lewat camilan ringan dan emping mlinjo dari Desa Prima Pergius Planjan, berpadu dengan minuman instan yang cocok dijadikan oleh-oleh. Dari tangan-tangan terampil warganya juga lahir tas kulit premium—elegan, awet, dan estetik, mencerminkan karakter desa yang melahirkannya.

UMKM terlibat:
Desa Prima Pergius Planjan

Menyajikan:
Makanan tradisional dan minuman instan, kerajinan kulit serta produk daur ulang, dan layanan pijat tradisional khas masyarakat Saptosari.

Semanu mengajak kita pulang lewat sego abang, sayur lombok, brongkos, tape ketela, dan wedang segar Hanacaraka. Kerajinan bambu, batu, dan eceng gondok, serta karya ecoprint menebalkan nuansa lokalitas dengan olahan modern. Ditutup dengan ramalan weton dan pijat tradisional Wo Sis yang menambah rasa magis, membaur dengan keramahan desa.

UMKM terlibat:
Kampung Hanacaraka Ngeposari, Gemulung Art, Rasida, Pijat Tradisional Wo Sis

Menyajikan:
Makanan dan minuman tradisional, kerajinan bambu, batu, eceng gondok, ecoprint, serta layanan pijat tradisional dan ramalan weton yang merefleksikan kearifan lokal.

Ngawen menghadirkan harmoni antara tubuh dan budaya. Jamu uyup dan batik walang berdampingan dengan pijat tradisional yang dipercaya mampu menyembuhkan sekaligus menenangkan. Di sana, Tugu Tapal Batas Yogyakarta–Surakarta berdiri sebagai penanda sarat makna, bukan pemisah.

UMKM terlibat:
Jamuning, Aleya dan Ndaru Batik, Pijat Bu Ning

Menyajikan:
Jamu herbal, batik, serta layanan pijat tradisional yang berpadu dengan nilai sejarah di cagar budaya Tugu Tapal Batas.

Tanjungsari menyapa dengan seafood segar hasil tangkapan nelayan Pantai Baron. Bukan hanya untuk disantap, tapi juga menjadi oleh-oleh favorit wisatawan yang ingin membawa pulang rasa laut Gunungkidul. Sedekah Laut di sana bukan sekadar upacara, melainkan bentuk syukur yang membumi.

UMKM terlibat:
Setia Rasa Seafood

Menyajikan:
Olahan boga bahari segar khas pesisir selatan Gunungkidul.

Karangmojo tidak tinggal diam. Di sana, Krips-krips Wulan dan bejaji menjadi camilan favorit, sementara kerajinan bambu, dompet perca, dan wayang sodo terus dilestarikan. Layanan pijat tradisional ala Pak Istamar, bersama ritual adat dan sejarah warisan budaya, menjadi napas dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

UMKM terlibat:
Krips-krips Wulan, Kuliner dan Minuman Bejaji Kalurahan Bejiharjo, RUAS, Blangkon Ratno, Centaly Dompet Perca, Wayang Sodo Ayu Rofita, Pijat Tradisional Pak Istamar

Menyajikan:
Jamu dan makanan tradisional, kerajinan bambu serta perca, kesenian wayang sodo, layanan pijat tradisional, hingga praktik adat dan sejarah warisan budaya Karangmojo.

Semin mengajarkan bahwa bahan sederhana bisa jadi luar biasa. Di sana, wayang dibuat dari karton dan mika, sapu lantai dari bahan daur ulang, dan kesenian tetap hidup dengan pemasaran hingga ke luar kota.

UMKM terlibat:
Kerupuk Rajang "Bagong", Kerupuk Rajang "Mbah Parsi", Rumah Wayang, Asri, Trampil

Menyajikan:
Kerupuk rajang, wayang berbahan karton dan mika, serta produk daur ulang yang memperlihatkan kreativitas warga dalam mengolah keseharian menjadi karya.

Kulon Progo datang membawa Japrak 7, pelestari permainan tradisional yang menghidupkan kembali keceriaan masa kecil. Dari otok-otok, gasing tali, gasing bambu, yoyo, hingga jungkat-jungkit, setiap permainan mengajarkan nilai kebersamaan, kreativitas, dan kegembiraan yang sederhana—tanpa perlu layar dan gawai.

UMKM terlibat:
Japrak 7

Menyajikan:
Permainan tradisional dari bahan kayu dan bambu

Melalui Clinic Clenic by Sraddha, Bantul menghadirkan layanan tradisional berupa konsultasi kejawen—membuka ruang diskusi tentang nilai-nilai Jawa, petuah hidup, dan pemahaman spiritual yang tetap relevan hingga hari ini. Di sini, tradisi menjadi jalan untuk mengenal diri dan menyelaraskan kehidupan.

UMKM terlibat:
Clinic Clenic by Sraddha

Menyajikan:
Pembacaan weton dan konsultasi kejawen

Dari Sleman, hadir karya Tulakir Fiberglass yang memadukan kreativitas dan ketelitian. Miniatur, patung, asbak, hingga gantungan kunci dibuat dari bahan fiberglass dengan detail halus dan bentuk yang beragam. Setiap karyanya menjadi cinderamata penuh makna, menghadirkan kekayaan visual dalam benda-benda kecil yang bernilai seni tinggi.

UMKM terlibat:
Kerajinan Tulakir Fiberglass

Menyajikan:
Souvenir, miniatur, patung, dan asbak berbahan fiberglass.