Kompetisi Panji Desa merupakan sebuah ajang kreatif yang dirancang untuk merefleksikan identitas, nilai, serta budaya lokal daerah. Dalam kompetisi ini, desa diajak untuk mengimajinasikan dirinya, kemudian merangkai unsur-unsur khas, baik sejarah, tradisi, maupun cita-cita kolektif ke dalam bentuk simbol yang terwujud melalui logo, warna, hingga slogan. Semua elemen tersebut dipadukan dan diwujudkan secara visual dalam bentuk bendera panji.
Kompetisi ini mengusung tema “Ngelmu Watu”, yang secara harfiah berarti “Ilmu Batu”. Tema ini mengibaratkan watu (batu) sebagai representasi dari identitas Gunungkidul, sebuah wilayah yang dikenal dengan bentang alam karst dan lanskap batu kapur yang khas. Dalam konteks kearifan lokal, ngelmu watu merujuk pada pengetahuan dan kebijaksanaan masyarakat dalam memahami, mengelola, sekaligus menjalin relasi dengan batu sebagai elemen utama lingkungan hidup mereka.
Lebih jauh, ngelmu watu membuka jalan bagi pembacaan atas desa-desa di Gunungkidul yang masing-masing memiliki narasi dan kekhasan tersendiri. Simbol seperti bendera panji dapat dipandang sebagai bentuk pengarsipan budaya sekaligus sarana revitalisasi adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun. Dengan demikian, kompetisi Panji Desa bertema Ngelmu Watu bukan sekadar ruang presentasi seni, melainkan juga wadah refleksi kolektif tentang bagaimana manusia, alam, dan kebudayaan saling terkait dalam membentuk identitas Gunungkidul.