Lokasi

Lapangan Desa Logandeng
Plembon Kidul, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen
Gunungkidul

Tanggal

11 - 18 Oktober 2025

Glosarium

Glosarium Telusur Tutur

Penghayat Kepercayaan Jawa Kasampurnan, Kapanewon Ponjong
Periset: Rohmad Gilang Rosady (Karang Taruna Kapanewon Nglipar)

Download Artikel

  1. adhi ari-ari : plasenta yang lahir/keluar setelah bayi sehingga disebut adhi atau adik
  2. aji godhong jati aking : secara harfiah artinya seharga dengan daun jati kering. peribahasa Jawa ini biasanya untuk mengumpamakan sesuatu yang tidak ada harganya.
  3. alam Kêwadhagan/Madyapada : alam dunia tempat manusia hidup saat ini.
  4. awang-uwung : sebuah filosofi yang artinya adalah kembali kepada ketiadaan atau kesempurnaan sebagaimana manusia sebelum diciptakan.
  5. babaran : istilah lain dari peristiwa bayèn atau melahirkan.
  6. badan wadhag : raga manusia/kulit luar yang kasat mata.
  7. bathok bolu : bathok merupakan tempurung kelapa, sementara bolu merupakan akronim dari kata bolong têlu (berlubang tiga). sehingga bathok bolu adalah bathok kelapa yang pada bagian atas terdapat lubang sejumlah 3.
  8. bêgja : menggambarkan keberuntungan seseorang.
  9. datan : tidak.
  10. dharma : secara harfiah artinya adalah sesuatu yang baik. dharma juga dapat diartikan sebagai tugas manusia di muka bumi untuk selalu berbuat baik.
  11. dimèn : supaya.
  12. dumadiné : kata yang digunakan untuk menggambarka terjadinya sesuatu.
  13. E/Energi : energi metafisik yang dibutuhkan untuk mengolah kendaraan dan reaktor menjadi sempurna.
  14. éwadéné : meskipun demikian.
  15. ganggêng : tanaman sejenis rumput yang hidup di air.
  16. gêntur tapané : merujuk pada seseorang yang rajin bertapa.
  17. guwa samun : pikiran, hati, rasa, dan batin yang sudah sepi atau menepi dari keduniaan.
  18. hayuning rat : dunia yang indah dengan kehidupan damai, bahagia, dan bisa dinikmati semua makhluk.
  19. J1 : Yang Maha Kuasa yang mengadakan alam semesta.
  20. jalma : padanan dari kata manungsa atau dalam Bahasa Indonesia artinya manusia.
  21. jêmparing : panah adalah rangkaian piranti untuk berburu atau perang yang terbuat dari bambu atau kayu. jêmparing terdiri dari gandéwa (busur panah) dan anak panah yang digunakan untuk melukai sasaran.
  22. jumbuhing kawula Gusti : kesadaran batin menghadap percikan Tuhan/Zat Agung dan memperoleh nyalanya.
  23. jumênêng : padanan kata ngadêg atau berdiri, namun peruntukannya digunakan untuk orang yang lebih dihormati.
  24. K/Kendaraan : kendaraan batin untuk mencapai lahir batin yang sempurna.
  25. kakang kawah : air ketuban yang lahir/keluar terlebih dahulu sebelum bayi sehingga disebut kakang atau kakak.
  26. kalimput : lupa diri, lepas kontrol, atau kehilangan kendali diri.
  27. kanggêng datan owah gingsir : menggambarkan seseorang yang memiliki kepandaian atau kelebihan yang mencapai kekal abadi.
  28. karêp : keinginan atau niat untuk menggapai sesuatu.
  29. kasunyatan : kesejatian kenyataan atau perkara yang nyata dan luhur.
  30. kêlimput : merujuk pada kondisi seseorang yang tertutup oleh hawa nafsu sehingga tidak sadar dan lupa akan tujuan hidupnya.
  31. kêpurba : terkuasai oleh orang/organisasi/pemerintah.
  32. kêtungkul : terlalu bahagia atau bersemangat dalam mengerjakan sesuatu sehingga lupa segalanya.
  33. klêntik : minyak berbahan dasar kelapa yang melalui proses pemanasan secara tradisional.
  34. lêbar : kata lain dari habis, bubar, atau selesai.
  35. léndang/Sêléndang : ageman wanita yang berbentuk kain panjang yang tidak hanya sebagai aksesoris tapi juga memiliki kegunaan untuk menggendong sesuatu.
  36. liré : kata yang digunakan untuk awalan sebelum menjelaskan sesuatu. Secara harfiah bermakna adapun, artinya, atau maksudnya.
  37. mêgêng napas : menahan nafas. Frasa ini sering dijadikan perumpamaan untuk seseorang yang sedang prihatin supaya menahan hawa nafsu.
  38. méndah : merujuk pada ungkapan terhadap sesuatu yang unggul atau lebih. sejajar dengan kata alangkah yang biasanya diikuti dengan kata lain misalnya: alangkah indahnya, alangkah mujurnya, dll.
  39. mênêb : hati yang tentram, diibaratkan air jernih, tenang, dan tidak bergelombang.
  40. mligi : sekadar, hanya, atau tidak ada yang lain selain sesuatu itu saja.
  41. moksa : memerdekakan diri dengan melepaskan jiwa dan raganya menuju ketiadaan. diibaratkan butiran garam yang masuk ke dalam samudera.
  42. mrayang : ditarik ke alam jin atau alam halus yang nilainya minus (buruk).
  43. multi lokasi : kemampuan untuk berada di mana saja dan sebagai apa saja.
  44. murba : istilah lain untuk menyebut Tuhan Yang Maha Mencipta kehidupan.
  45. muspra uripé : kehidupan yang hampa atau sia-sia.
  46. nawu : merujuk pada kata kerja menguras air pada suatu tempat secara manual menggunakan ember atau gayung.
  47. ndayani : sesuatu yang bisa memberikan daya terhadap sesuatu yang lain.
  48. ndêdêl : menggambarkan gerakan ke atas atau sesuatu yang menjulang tinggi.
  49. nêlahi : menggambarkan sebuah cahaya yang terang yang mampu menerangi kegelapan.
  50. nglothok : kata sifat untuk mendeskripsikan seseorang yang mempunyai pemahaman yang sudah dil uar kepala.
  51. ngringkihaké : berasal dari tembung ringkih yang maknanya lemah, rapuh, atau tidak kokoh. Ngringkihaké dimaknai sebagai sebuah laku melemahkan segala belenggu materi duniawi
  52. ngrucat : mencopot atau menghilangkan sesuatu yang melekat pada diri.
  53. ngruwat : melenyapkan/meniadakan/menyempurnakan sesuatu yang kotor.
  54. ngungkuraké kadonyan : berusaha untuk tidak mengejar keduniaan.
  55. nirwana loka : tempat asal muasal jiwa yaitu alamnya biji dan cahaya sejati.
  56. nyêthêk : berasal dari tembung cêthak yaitu bagian mulut sisi atas. kata nyêthêk biasanya untuk menggambarkan rasa pahit berlebihan yang rasanya seperti tertinggal pada rongga atas mulut.
  57. O/Omega : inti batin manusia yang memiliki daya lenyap.
  58. oncor : piranti penerangan yang dibuat dari ruas bambu yang pada bagian dalamnya diisi minyak tanah sebagai bahan bakar dan ujung bambu diberi sumbu kain untuk dinyalakan.
  59. ora dunung uripé : manusia yang tidak tahu kebenaran dan buta mata batinnya.
  60. ora ilok : sesuatu yang tabu dilakukan karena akan membawa dampak buruk.
  61. owêl : perasaan tidak ikhlas atau menyayangkan saat melakukan atau memberikan sesuatu.
  62. pakarti : perbuatan atau pekerjaan.
  63. pangalêmbana : mendapat pujian dan penghormatan dari orang lain.
  64. pasêmon : kata atau tanda yang digunakan secara semu atau tidak gamblang.
  65. pawitan : modal awal sebelum melakukan sesuatu.
  66. pêpadhang : kata yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sinar kebenaran dan kesejukan dunia.
  67. pêpindhan : perumpamaan atau peribahasa.
  68. plêtiking gêsang agung : percikan Tuhan yang menyebabkan adanya manusia dan alam semesta.
  69. prihatin : laku susah (perih) dengan meninggalkan kenikmatan duniawi untuk mencapai kebijaksanaan.
  70. purwaning dumadi : awal dari keberadaan sesuatu.
  71. rambahan : padanan kata lampahan atau langkah. biasanya digunakan untuk menunjukan berapa langkah yang harus dilewati dalam sebuah proses. sak rambahan: satu langkah, rong rambahan: 2 langkah.
  72. rèmbèl : berjejer-jejer banyak. Contoh: Gêlaré pak lurah kae rèmbèl (gelarnya pak lurah itu berjejer-jejer banyak).
  73. rêmbulan purnama : bulan purnama atau bulan penuh.
  74. ringkih kalindhih : peribahasa yang artinya seseorang yang lemah akan kalindih (tertindih) atau kalah.
  75. rosa amisésa : peribahasa yang artinya seseorang yang kuat maka dia akan menjadi pemenang.
  76. sada lanang : sada merupakan lidi yang berasal dari daun kelapa yang telah dibersihkan. sada lanang adalah lidi pertama yang jatuh dari pohon kelapa secara alami tanpa dipetik. benda ini diyakini memiliki kekuatan atau energi yang kuat.
  77. sambèn : pekerjaan sampingan bukan pekerjaan pokok.
  78. sangkan : merujuk pada asal muasal manusia atau sesuatu yang lain.
  79. sêgayuhan : sesuatu yang dicita-citakan.
  80. sêmèdi : menepi di tempat yang sunyi untuk meditasi, mengheningkan cipta, atau berdoa.
  81. sêngkil : orang yang batuk akut hingga seret.
  82. sêsotya : merujuk pada benda-benda berharga seperti intan, mutiara, permata, atau batu mulia yang berkilau indah.
  83. sugêng : digunakan untuk menggambarkan seseorang yang masih hidup sehat.
  84. sukêrta : kotoran, keburukan, atau sesuatu yang menghalangi manusia menuju kesempurnaan.
  85. tabon : rumah yang pernah atau sedang ditinggali oleh orang tua/sêsêpuh yang diwariskan turun temurun dan dijadikan sebagai sentral bagi seluruh keturunan keluarga.
  86. tali pusêr : tali pusar yang tertaut pada pusar dan plasenta bayi yang baru lahir.
  87. tangising ati : kondisi dimana hati menangis meratapi raga atau diri.
  88. tapa brata : mengurangi atau sama sekali tidak makan, minum maupun tidur dalam kurun waktu tertentu. tapa brata merupakan sebuah laku prihatin yang dilakukan seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
  89. têlênging batiné manungsa : hati nurani manusia. biasanya digunakan untuk konteks yang lebih halus atau dalam.
  90. têmên : melakukan sesuatu dengan kesungguhan.
  91. titah : utusan.
  92. tri murti : kekuatan multi dimensi yang apabila seseorang memiliki kekuatan ini maka orang tersebut akan pandai menjadi Brahma (mencipta), Wisnu (menghidupi), dan Shiwa (melenyapkan).
  93. tuman : ingin merasakan lagi karena sudah pernah melakukan.
  94. warih : kata lain dari air.
  95. wêrdining : artinya atau maknanya. kata ini biasanya digunakan sebagai awalan sebelum menjelaskan sesuatu.
  96. wiyati : tempat yang tinggi, setinggi langit. Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat tinggi, hebat, atau luar biasa dalam konteks kiasan.
  97. wong linuwih : manusia yang mempunyai kualitas tinggi di dunia.