Glosarium
Glosarium Telusur Tutur
Penghayat Kepercayaan Palang Putih Nusantara, Kapanewon Girisubo
Periset: Dewi Kencana (Karang Taruna Kapanewon Semanu)
Periset: Dewi Kencana (Karang Taruna Kapanewon Semanu)
- abir : anyaman bambu berbentuk bulat besar dengan bagian tengah yang sedikit melengkung.
- adhi ari-ari : plasenta atau ari-ari yang keluar di akhir persalinan sehingga dimaknai sebagai adik sanga bayi.
- ambén : tempat tidur yang terbuat dari kayu dan bambu sebagai papannya (galar).
- ampok : bangunan kecil yang salah satu sisinya menempel bangunan utama, sedangkan pilarnya hanya berada di salah satu sisi lain.
- ancak suci : pangkal pohon resan.
- andha têbu wulung : tangga dari tebu berwarna hitam yang digunakan sebagai alat dalam prosesi têdhak sitén; tebu akronim dari antebing kalbu.
- anjab : rak berasal dari kayu yang berukuran besar.
- antêbing kalbu : kemantapan hati.
- astungkara : ungkapan rasa syukur atas apa yang terjadi.
- bacuk : cara memotong sesuatu dengan bagian pucuk celurit.
- badan wadag : tubuh atau badan secara fisik.
- balang-balangan gantal : prosesi dalam pernikahan penghayat Palang Putih Nusantara dengan saling melempar gantal antara pengantin pria dan wanita sebagai simbol menyatukan hati.
- batir/batur : teman (bermakna halus).
- bèda lumah lawan kurêp, ginigit padha rasane : ungkapan yang bermakna senang-sedih dirasakan bersama.
- bêsik : membersihkan lahan sebelum ditanami dari daun kering dan rerumputan.
- blandar : rangka atap yang memanjang di bagian bawah.
- blékêtèpè : anyaman dari daun kelapa tua yang dibentuk persegi panjang sekitar 60 x 75 cm dan dipasang di pintu masuk sebagai penanda adanya hajat pernikahan.
- bobok : tiang dari kayu untuk memagari pohon resan.
- bobok slorok : pagar untuk pohon resan.
- bodhag : anyaman dari bambu yang digunakan sebagai tempat padi dengan ukuran lebih kecil dari lumbung dan lebih besar dari jamblah.
- bokor : mangkuk besar yang digunakan dalam prosesi siraman untuk menampung air dari 7 sumber, kembang setaman, dan degan.
- bopongan : prosesi menggendong pengantin wanita dari upacara panggih menuju pelaminan.
- brakahan : beraneka macam tanaman yang ditanam dalam satu lahan.
- cancut tali wanda : gotong royong.
- canthêng : alat sejenis celurit yang digunakan untuk memotong rumput.
- cantrik : orang yang membantu juru kunci dalam proses.
- cèrè gancét : rumah kampung dengan 2 suwunan dan 3 baris saka guru, sementara di tengah-tenganya terdapat talang.
- cêthik gêni : menyalakan api untuk memasak.
- cokèkan : perangkat gamelan dengan ragam alat sederhana, terdiri dari kendhang, gender, rebab, siter, dan gambang.
- dhandhang : semacam cangkul dengan dua mata berbentuk gepeng dan runcing; untuk mencungkil batu.
- dhangir : membersihkan tanah di sekitar tanaman dari gulma.
- dhapur : menandakan peruntukan pusaka keris.
- dhapuran : rumpun tunas akar suatu tanaman.
- dhéngklék : hama yang menyerang di bawah ruas padi sehingga tanaman padi langsung patah.
- dhuplak : lubang kayu yang digunakan untuk menumbuk, biasanya ditemui sebagai bagian dari lesung.
- dicandra : penggambaran kondisi melalui kata-kata indah.
- diémpléngkè : membuka sedikit daun pintu, misal pintu rumah, jendela, lemari, dst.
- dlanggung prapatan : simpang empat.
- êmpu : segala macam piranti terbuat dari besi yang dalam proses pembuatannya disematkan doa sehingga dihormati.
- êndhog pangamun-amun : ungkapan yang bermakna tidak ada ujungnya layaknya fatamorgana.
- êndhog wukan : telur yang sudah dierami oleh induknya tetapi tidak berkembang menjadi ayam.
- galar : bambu yang dibelah menjadi bilah-bilah disusun, yang sering digunakan sebagai alas kasur atau tikar tempat tidur (amben).
- galur : rangka pintu yang menempel di kanan-kiri dinding.
- gantal : pinang dan kapur yang digulung dengan daun sirih kemudian diikat menggunakan lawe wenang.
- gék : dinding kayu yang hanya menutup setengah rumah.
- gênuk : gentong besar berasal dari tanah untuk menyimpan beras.
- gênuk pênggêndaringan : ungkapan bagi perempuan yang bermakna bisa memanajemen pangan dengan penuh pertimbangan.
- gêrusan : air santan yang diberi bumbu, tanpa ampas.
- grobog : tempat untuk menyimpan padi yang berbentuk kotak.
- gumbrêgan : selametan sebagai wujud syukur atas kondisi hewan ternak, baik raja kaya maupun iwén, sekaligus piranti beternak.
- icir : membuat lubang di tanah untuk ditanami biji tanaman.
- inêp : daun pintu.
- irig : anyaman dari bambu untuk menyaring pasir, tanah, batu gamping, dan sejenisnya.
- iwén : unggas seperti ayam, bebek, entok, dst.
- jaman ja mbêjuja : zaman dahulu kala.
- jamblah : anyaman dari bambu yang digunakan sebagai tempat padi, dengan ukuran lebih kecil dari bodhag dan lebih besar dari tenggok.
- janji prasêtya : janji kesetiaan yang diucapkan oleh pengantin kepada orang tua, saksi, dan sanak-saudara.
- jenang grèndul : jenang candil yang berasal dari tepung ketan atau ubi jalar berbentuk bulat dengan kuah campuran gula merah dan santan.
- jênang lêmu : jenang sumsum yang dibagikan kepada orang yang telah membantu hajatan (rewang) setelah sepasar pernikahan sebagai simbol pengembalian kekuatan/energi.
- jênang nama : jenang berwarna merah yang digunakan sebagai hidangan saat prosesi memberikan nama bayi sepasar setelah lahir.
- jênang pepak : jenang warna merah yang menyimbolkan ibu dan putih yang menyimbolkan ayah biasa digunakan sebagai sesaji saat kelahiran bayi.
- jênang procotan : jenang grendul dengan warna merah sebagai wujud syukur atas kelancaran prosesi kelahiran yang disajikan kepada tamu.
- kacu : sapu tangan.
- kain sindur : kain berwarna merah-putih yang digunakan untuk menuntun pengantin dari acara panggih menuju pelaminan. warna merah menyimbolkan ibu, sedangkan warna putih menyimbolkan ayah.
- kakang kawah : air ketuban yang keluar di awal persalinan sehingga dimaknai sebagai saudara tua sang bayi.
- kalo : anyaman bambu berbentuk bulat dengan bagian tengah yang sedikit melengkung, difungsikan untuk menyaring, misal menyaring santan.
- kawak : keadaan yang memiliki jangka historis yang panjang.
- kêcênthét : pertumbuhan yang kurang maksimal karena kekurangan air atau pupuk sehingga tanaman menjadi kerdil.
- kèjên : rangka atap rumah yang berbentuk segitiga.
- kêmbar mayang : rangkaian daun kelapa muda berbentuk menyerupai gunungan yang digunakan ketika prosesi pernikahan panggih manten.
- kênthêng : tambang dari ijuk yang dipasang di atas jalan masuk kampung ketika memasuki bulan Sura; simbol doa agar terhindar dari bahaya yang tidak kasat mata.
- kèpang : anyaman bambu tipis yang biasanya digunakan untuk menjemur gabah, jagung, dan hasil tani lainnya.
- kêrêng : tungku dari gerabah.
- kêris omyang : jimat pusaka untuk orang yang bekerja dalam ranah wicara publik.
- kêrpus : wuwungan yang sudah dimodifikasi dengan cor.
- kêrta aji : dinilai; dihargai.
- kêtêp : dinding kayu di atas gek yang menempel pada blandar.
- kêtiga nglangkang : kemarau panjang.
- klasa bangka : tikar pandan satu warna dan berukuran kecil.
- korog : wuwungan yang terbuat dari seng.
- kréwéng : pecahan suatu benda yang berasal dari tanah liat, misal: pecahan kendhi, kendhil, genteng, dst.
- labuh kapat : transisi dari musim kemarau menuju musim penghujan.
- lawè wênang : benang jahit berwarna putih.
- lêngis : cangkul berukuran kecil untuk mencangkul tanah.
- lintring : rumah bagian depan dengan rangka atap yang berdiri sendiri.
- luku : alat untuk menggemburkan tanah dengan tenaga sapi atau kerbau.
- lumbung : anyaman dari bambu yang digunakan sebagai tempat padi dengan ukuran paling besar.
- lumpang : kayu atau batu berceruk untuk menumbuk hingga lembut, biasanya ditemui sebagai bagian dari lesung.
- lurung : jalan lama yang berukuran kecil.
- mantra ningkah gaib : mantra pernikahan pada penghayat Palang Putih Nusantara yang diucapkan oleh masing-masing mempelai.
- marit : menanam biji padi di lahan untuk membuat benih.
- matun : membersihkan tanah di sekitar tanaman padi dari gulma.
- mbritan : pekarangan belakang rumah.
- mitoni/tingkêban : syukuran pada ibu dengan usia kehamilah 7 bulan karena janin dipastikan hidup dalam kandungan.
- molo : rangka kayu pada bagian atap yang memanjang di bagian puncak rumah.
- nas : hari yang dilarang untuk melaksanakan suatu hajat karena diyakini akan terjadi kesialan.
- nêloni : syukuran pada ibu dengan usia kehamilan 3 bulan karena akan punya momongan.
- ngani-ani : memanen padi Jawa.
- ngawu-awu : menyebar biji pada di lahan sebelum hujan.
- ngêsur tanah : prosesi pemakaman pada penghayat kepercayaan Palang Putih Nusantara.
- nggaru : memadatkan tanah setelah lahan ditebari biji dan terkena hujan.
- ngglèwang : waktu ketika matahari sudah mengarah ke barat; setelah ashar.
- ngglolo : menangis hingga berguling-guling.
- nglimani : syukuran pada ibu dengan usia kehamilan 5 bulan karena akan punya momongan.
- ngrémpéli : mengurangi dahan pohon dengan tangan kosong.
- ninggal pengèwa-èwa : meninggalkan kesan terakhir yang mendalam oleh orang yang hendak meninggal kepada keluarga yang ditinggalkan.
- ningkah : akronim dari hening kahana; prosesi saling mengucap janji pada masing-masing mempelai dalam pernikahan penghayat Palang Putih Nusantara.
- nontoni : proses memperjumpakan laki-laki dan perempuan melalui pertemuan pada sore hari antara orang tua dan anak laki-laki dengan bertamu di rumah orang tua dan anak perempuan. janji bertamu hanya diketahui para orang tua. anak perempuan diminta untuk menghidangkan teh untuk anak laki-laki beserta orang tuanya. sepulang dari bertamu, orang tua menanyakan pendapat anak laki-laki apabila anak perempuan yang ia jumpai tadi menjadi calon istri.
- nujah : menekan sesuatu dengan benda berat ke bawah.
- nunjang palang : jalan tanpa aturan.
- nyangan : menyangrai.
- nyêmpléhi : mengurangi dahan pohon dengan tangan kosong.
- nyosoh : memisahkan padi dengan kulitnya dengan cara ditumbuk di dalam lumpang.
- odhot : rumput sejenis kalanjana yang berukuran pendek dengan ruas yang tidak terlihat, biasanya digunakan untuk pakan kambing.
- oglangan : kondisi mati listrik.
- omah kampung : rumah kampung dengan satu suwunan dan ampok.
- paés : mengerik anak rambut untuk mempersiapkan tata rias rambut pada pengantin wanita.
- pangagêman Déwi Ratih : busana yang digunakan untuk pengantin wanita penghayat Palang Putih Nusantara.
- panggang pè : bangunan kecil dengan empat pilar, atap miring, dan tidak menempel dengan bangunan lain.
- panggih mantén : prosesi pernikahan pada penghayat Palang Putih Nusantara untuk mempertemukan pengantin setelah ningkah.
- pangruti laya : perawat jenazah.
- pari wulén : padi yang masih dengan gagangnya.
- pasang tarub : prosesi awal dalam hajat pernikahan dengan ditandai pemasangan bleketepe di pintu masuk.
- pasugatan : suguhan.
- pawon : tungku tradisional dari batu.
- pawuhan : tempat untuk membuang sampah.
- pêcah pamor : prosesi pernikahan pada penghayat Palang Putih Nusantara dengan mengoleskan telur ayam kampung utuh pada dahi pengantin pria dan wanita untuk kemudian diinjak oleh pengantin pria.
- pêcok : cara memotong sesuatu dengan bagian antara lengkungan hingga pangkal sabit.
- pemuka penghayat kepercayaan : sebagai saksi dan pencatat pernikahan pada kepercayaan Palang Putih Nusantara.
- Pengagêman Kamajaya : busana yang digunakan untuk pengantin pria penghayat Palang Putih Nusantara.
- pêngipat-ipat : pamali.
- pêningsêtan : prosesi penyematan cincin di jari manis tangan kiri sebagai simbol ikatan, termasuk untuk menyepakati waktu pernikahan.
- pêringgitan : rumah di antara dua limasan yang dapat digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang; menunjukkan status sosial tinggi bagi pemilik rumah.
- péthék bélér : hama menyerupai siput kecil yang sulit dibasmi, bisa ditemukan pada semua tanaman.
- pithi : anyaman dari bambu berukuran kecil yang biasanya digunakan sebagai tempat makanan matang.
- punar : kuning. di dalam sesaji upacara punaran dikenal sega punar, yakni berupa nasi kuning.
- punaran : prosesi pernikahan pada penghayat Palang Putih Nusantara dengan memakan nasi kuning di malam midodareni.
- raja kaya : hewan ternak berkaki empat dan berbadan besar yang menghasilkan kekayaan, seperti sapi, kerbau, kambing, dan sejenisnya.
- rak-rakan : ubarampe sesaji ketika ngesur tanah yang terdiri dari pala kependhem (ubi, gembili, singkong, dst) sebagai simbol bahwa manusia akan kembali kepada bumi.
- rêdana : biaya.
- rênyêpan : gending serba halus.
- rudéh : tak acuh; bodo amat.
- sadhug : sapu tangan.
- sak godhag : jarak antara satu tiang rumah dengan tiang lain di sebelahnya.
- sanggar pamêlêngan : bangunan untuk bersemedi oleh penghayat Palang Putih Nusantara dengan ukuran sekitar 2x2 meter.
- sêkul suci : nasi yang ditanak dengan air santan atau nasih uduk.
- sêkul suci ulam sari : nasi uduk dan ayam ingkung.
- sêlapan : perhitungan waktu selama 35 hari.
- sêlapanan : prosesi selametan bagi bayi berusia 35 hari ditandai dengan pemotongan kuku dan rambut bayi untuk pertama kali.
- sepasar : perhitungan waktu selama lima hari.
- sêsaji bucalan : sesaji yang terdiri dari beras kuning, gêréh péthék, telur busuk, daging mentah yang diperuntukkan bagi hewan untuk menghalau hewan masuk ke area hajatan. sesaji ini diletakkan sebelum pasang tarub di 4 pojok pekarangan rumah, pawuhan, pawon tempat masak, dikubur di tanah bawah tarub, dan perempatan di dekat rumah.
- sinom : anak rambut.
- slorok : bagian dari pagar resan yang dirangkai memanjang horizontal.
- sosoh-sosohan : saling membantu untuk mengembangkan diri (konteks: belajar pada manusia).
- suwunan : rangka atap yang memanjang di bagian puncak.
- takir ponthang : daun pisang yang dibentuk kotak tanpa tutup, biasa digunakan sebagai tempat makanan atau sesaji.
- tampah : anyaman bambu berbentuk bulat dengan bagian tengah yang rata berukuran sedang.
- tarub : pintu utama masuk ke pelaminan.
- tebok : anyaman bambu berbentuk bulat dengan bagian tengah yang rata berukuran lebih kecil.
- têdhak sitén : prosesi selametan saat bayi pertama kali menginjak tanah atau berusia 7x selapan (sekitar 9 bulan) sebagai puncak daur hidup yang pertama.
- tènggok : anyaman multifungsi dari bambu yang digunakan sebagai tempat hasil tani, alat bertani, nasi, dan barang lain dengan ukuran lebih kecil dari jamblah dan lebih besar dari wakul.
- tinangsulan : diikat.
- tritisan : bagian pinggiran rumah.
- trubusan : tanaman yang berkembang biak dengan tunas.
- tumpêng pungkur : tumpeng untuk sesaji saat ada orang meninggal; tumpeng dibelah secara vertikal kemudian masing-masing dibalik 180 sehingga saling membelakangi.
- tutup keong : penutup bagian segitiga di rangka ujung depan/belakang atap rumah.
- ulam sari : ayam ingkung.
- urip tumimbal : kelahiran kembali suatu roh setelah meninggal sebagai akibat atas perilakunya di dunia.
- wakul : anyaman dari bambu yang biasanya digunakan sebagai tempat nasi.
- wingka : gerabah yang sudah rusak tetapi dimanfaatkan kembali untuk menyangrai dengan sisa-sisa bagiannya.
- wiwaha : resepsi pernikahan pada penghayat Palang Putih Nusantara.
- yan : anyaman bambu berbentuk persegi dengan bagian tengah yang sedikit melengkung.
