Harapan pada Kebun

Hutan, kebun, dan sumber daya alam lainya telah menjadi bagian penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Ekosistem di dalamnya telah memberikan banyak manfaat pada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, salah satunya pangan yang merupakan kebutuhan primer kita.

Pada awal sejarah peradaban, manusia dikelompokan sebagai masyarakat pemburu dan peramu yang mencari tumbuhan serta satwa untuk dikonsumsi sebagai metode bertahan hidup yang utama. Mereka memburu satwa dan mengumpulkan tumbuhan liar untuk kemudian diramu secara langsung tanpa ada usaha untuk mendomestikasi.

Melalui serangkaian observasi dan eksperimen jangka panjang, manusia akhirnya dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dapat diolah untuk dikonsumsi, baik itu sebagai bahan pangan maupun sebagai obat. Praktik ini terus berlangsung hingga akhirnya ditemukan cara untuk mendomestikasi tumbuhan serta satwa melalui pertanian dan peternakan.

Pengetahuan tentang pengolahan tumbuhan dan satwa menjadi bahan pangan lokal tersebut telah diwariskan secara turun-temurun dan sudah menjadi tradisi mengakar yang banyak dilakukan masyarakat. Bu Suranti atau biasa dipanggil Bu Rambat merupakan salah seorang yang masih melakukan tradisi tersebut melalui kegiatan meramban. Bu Rambat mendapatkan warisan pengetahuan tentang pangan lokal sejak kecil, ketika mengikuti orang tuanya meramban. Meramban, atau dalam bahasa Jawa disebut ngramban, adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan tumbuhan liar di hutan atau kebun untuk dikonsumsi. Kegiatan meramban dulunya banyak dilakukan di area pedesaan ketika akses ke hutan atau lahan hijau masih mudah dijangkau.

Meskipun berada di area suburban, kegiatan meramban masih banyak dilakukan tempat tinggal Bu Rambat,Dusun Sorowajan Baru. Dusun Sorowajan Baru terletak di perbatasan antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang dipisahkan oleh aliran Sungai Gajah Wong. Keberadaan embung, saluran irigasi, dan lahan terbuka membuat tanaman liar maupun tanaman budidaya yang sengaja ditanam oleh warga Dusun Sorowajan Baru tumbuh subur. Terdapat beragam jenis tanaman ada di sekitar embung, mulai dari pisang, manding/petai cina, pepaya, cincau, bayam, kenikir, lencak, jembak/selada air, dan kangkung. Selain itu, terdapat pula beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai obat, seperti daun meniran, daun kelor, daun sembukan, dan legetan.

“Kalau perutnya kembung, makan pepes ini (sembukan). Nanti perutnya bisa lega, bisa kentut!” tutur Bu Lasiyah atau yang kerap dipanggil Bu Paijo ketika sedang meramban bersama Bu Rambat dan Bu Rostinah. Daun Sembukan atau sering disebut daun kentut (karena konon baunya seperti bau kentut) adalah tanaman liar yang tumbuh menjalari tembok-tembok batu di sisi embung. Daun sembukan biasanya diolah menjadi pepes oleh warga setempat. 

Banyak tanaman liar di sekitar embung yang konon tumbuh lewat perantara burung-burung yang tidak sengaja menjatuhkan biji-bijian sisa makanan mereka sehingga menjadi benih tanaman, salah satunya adalah petai cina. Bagi ibu-ibu Dusun Sorowajan Baru, proses meramban petai cinaterkadang cukup susah. Pohon petai cina relatif tinggi sehingga memerlukan alat bantu tambahan seperti bambu/kayu untuk mengambilnya. Namun, petai cina menjadi salah satu bahan pangan lokal favorit yang biasanya akan diolah warga setempat menjadi bothok.

Pada masa yang serba sulit ini, pengetahuan tentang pangan lokal dan kegiatan meramban tentu dapat dijadikan sebagai salah satu strategi ketahanan pangan yang ampuh. Bu Rambat bersama dengan ibu-ibu di Dusun Sorowajan Baru menjadikan ngramban sebagai salah satu kegiatan produktif yang sering mereka lakukan secara mandiri maupun kolektif. Selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari dan strategi menghemat pengeluaran, kegiatan meramban juga sering dijadikan sebagai sarana bersosialisasi dan rekreasi melepas penat.

Foto & Teks : Rangga Yudhistira

Asisten Fotografer : Irene Sonia

Cerita Lainnya