Tema “ketahanan pangan” kami terapkan dalam penyelenggaraan Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 melalui judul utama “Kembul Mumbul”. Di dalam konteks kultur Jawa, kembulan merupakan sebuah peristiwa kolektif yang ditandai dengan aktivitas menikmati hasil pangan di satu media saji yang sama. Inti dari kembulan adalah rasa saling berbagi kenikmatan untuk mengucap syukur terhadap berbagai usaha dan berkat yang telah dirasakan dari peristiwa sehari-hari. Istilah mumbul, melanting atau membumbung, merupakan upaya kami melambungkan sesuatu hal yang penting terkait persoalan ketahanan pangan. Secara mendasar, Kembul Mumbul dapat dipahami sebagai sebuah upaya untuk memunculkan, memantik, dan mendorong kita semua agar menjadi gerakan kesadaran bersama terkait persoalan ketahanan pangan.

Kembul Mumbul sebagai judul Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 kami nyatakan melalui tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut menjadi pembeda antara pengertian ketahanan pangan secara global yang menekankan pada ketersediaan, keterjangkauan, kegunaan, dan kestabilan pangan dengan Kembul Mumbul yang mengupayakan aspek kultural sebagai fondasi. Pada dimensi pertama, kami hadir sebagai sebuah ruang pertemuan bagi setiap warga untuk merayakan peristiwa saling berbagi. Selanjutnya, dimensi kedua untuk menandai segala permasalahan yang kompleks antara peran warga, budaya pengolahan pangan, kondisi alam, corak pengetahuan, dan ragam persoalan lainnya. Terakhir, pada dimensi ketiga sebagai ruang keterlibatan warga untuk menginisiasi perubahan ke arah kehidupan yang berdaulat dan menancapkan lebih dalam lagi semangat kolektivitas melalui peristiwa kultural.

Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 ada tidak sekadar sebagai peristiwa selebrasi. Hari-hari ini pangan telah menjadi persoalan kolektif yang menguji solidaritas antar warga ketika terjadi bencana dan krisis di suatu tempat. Kami mengajak semua untuk mengupayakan berbagai pertemuan sekaligus membahas berbagai persoalan ketahanan pangan yang sama-sama kita alami.