Mataram, Menang



Yudha Sandy Wijayasakti

2021

Mural arsitektural dan dapur umum dalam bingkai sejarah




Yudha Sandy Wijayasakti, atau yang lebih akrab dengan sebutan Yudha Sandy, adalah seorang perupa asal Yogyakarta. Kebanyakan karyanya berupa drawing, grafis, komik, dan mural yang berangkat dari ketertarikannya pada tema sejarah dan budaya populer. Kami mengundang Yudha Sandy sebagai Carik Dapur untuk melakukan pencatatan lewat media mural sebagai salah satu siasat membicarakan ruang fisik dan situasi darurat.

Dalam kondisi pandemi saat ini, penggunaan ruang pertemuan fisik semakin terbatas dan dibatasi. Berbicara tentang ruang fisik berkaitan juga dengan penggunaan ruang publik. Keberadaan mural di ruang publik sudah menjadi bagian dari wajah kota Yogyakarta. Mural tidak hanya hadir sebagai media ekspresi, tapi juga sebagai representasi zaman. Pada masa Revolusi 1945 mural digunakan untuk membakar semangat perlawanan. Dalam buku Benedict Anderson berjudul Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, terdapat foto mural pada masa revolusi. Aksi corat-coret menyertai peristiwa pendaulatan dan pendudukan aset-aset Hindia Belanda untuk menandakan perebutan kembali ke tangan Republik. Di masa yang berbeda, fenomena penghapusan mural yang dilakukan oleh aparat belakangan ini juga menjadi tanda bahwa media mural ini cukup efektif bagi seniman untuk menyampaikan pesan karyanya kepada publik secara langsung.

Yudha Sandy mengerjakan muralnya berturut-turut selama seminggu, mulai tanggal 27 Agustus hingga 2 September 2021, dari selepas makan siang hingga petang. Mural ini ditempatkan di salah satu tembok warung sebelah area parkir mobil, tepatnya di Jalan Ibu Ruswo menuju Alun-Alun Utara. Bangunan ini kemungkinan dulunya merupakan bekas pabrik batik, terlihat dari sisa-sisa jelaga hitam bekas bakaran sampah yang membentuk relief di dinding semen. Tempat ini sempat berganti fungsi menjadi warung makan sebelum akhirnya jadi area parkiran.







Menempatkan mural Yudha Sandy di Jalan Ibu Ruswo selaras dengan tema pameran FKY 2021, yaitu dapur umum. Bu Ruswo lahir dengan nama Kusnah. Beliau merupakan tokoh yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah terbentuknya dapur-dapur umum di Yogyakarta pada masa Revolusi Indonesia tahun 1948-1949. Selama Revolusi Fisik di Yogyakarta, Bu Ruswo aktif mengorganisir dapur umum di setiap kantong pasukan Republik dan menjaga situasi kondusif menjelang Serangan Umum 1 Maret 1949. Selain mengumpulkan sumbangan penduduk untuk memenuhi kebutuhan logistik, Beliau juga menggerakan para perempuan agar membantu perjuangan dari balik medan pertempuran. Bu Ruswo aktif dalam berbagai pergerakan dan organisasi perempuan sehingga menjadi tokoh penting untuk dicatat.

Kami sedikit mengobrol dengan Yudha Sandy di sela istirahatnya tentang gambar yang sedang digarap. “Nah, itu Bu Ruswo,” katanya sambil menunjuk ke arah gambar di tembok pojok kiri atas. Digambarkan ibu-ibu di dapur yang merupakan sosok Bu Ruswo dengan seorang tamu di luar rumah. “Biasanya kalau ada yang ketok pintu, terus ditanya ‘Mataram?’. Kalau dijawab ‘Menang!’, berarti itu bukan orang biasa, biasanya sesama relawan,” tuturnya mencoba menjelaskan penggunaan kode rahasia antarpejuang masa itu. Bu Ruswo dan kawan seperjuangannya tidak pernah memasak menggunakan api besar karena asap yang timbul dapat membocorkan keberadaan mereka kepada musuh (Belanda).

Sebelum penggarapan karya, Sandy telah mencoba melakukan riset dan mencari petilasan dapur Bu Ruswo, tapi belum menemukannya. Lokasi dapurnya sendiri konon selalu berpindah-pindah. Secara keseluruhan, karya mural ini menggambarkan arsitektural rumah dan imajinya tentang dapur umum masa Revolusi Indonesia. Rumah, baginya, memiliki suara dan jiwa seiring dengan kronik penghuninya.

Cerita Lainnya