Laku Seni Tayub Lebdho Rini

Di Gunungkidul, seni tayub tumbuh dan berkembang sebagai cerminan relasi antara masyarakat petani dan alam sekitarnya. Tayub menjadi salah satu media untuk mengungkapkan rasa syukur warga kepada Dewi Sri ketika pascapanen. Dalam ritual ini, tayub juga diletakkan sebagai hiburan warga dan ngalap berkah (tempat mencari berkah).

Sebagai kesenian tradisi, tayub sering kali dipertanyakan eksistensinya. Namun, selalu ada ledhek yang muncul dari generasi ke generasi. Bentuk pertunjukannya pun selalu bertransformasi, tetapi tidak punah. Salah satu kelompok yang masih hadir hingga hari ini adalah Tayub Lebdho Rini.

Kelompok Tayub Lebdho Rini sudah melewati empat generasi ledhek. Generasi pertama adalah Mbah Sayem, kemudian Mbah Gunem, Ibu Sutanti, dan hari ini dilanjutkan Mbak Purwanti. Keempatnya masih memiliki hubungan keluarga. Dapat dilihat bahwa regenerasi ledhek di kelompok Tayub Lebdho Rini hingga saat ini diteruskan melalui keterhubungan darah. Fenomena ini menarik untuk dilihat sebagai realitas, alih-alih mistifikasi. Setidaknya, dari keterangan Mbah Gunem dan Mbak Purwanti, keduanya mulai menjadi ledhek sejak usia sangat muda. Pada akhirnya, keduanya menerima tugas menjadi ledhek sebagai keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup mereka.

Video Lainnya