Pasang Surut Ombak Perhiasan Dalam Aksesoris Manten dan Perak Kotagede
Sebagai pusat kebudayaan Jawa, Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari gemerlap perhiasan. Di masa lalu, perhiasan seperti gelang, kalung, dan cincin menjadi aksesoris yang penting bagi para bangsawan kerajaan untuk menunjukkan status sosial mereka. Perhiasan juga dipakai pada kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti tari-tarian (sebagai pelengkap busana tari), manten (busana pernikahan adat), dan berbagai kegiatan budaya yang lain. Meski fungsi utama perhiasan saat ini sudah tidak lagi untuk menunjukkan status sosial bangsawan seperti dulu, kilau perhiasan masih belum juga beranjak dari Yogyakarta. Kota Gede sebagai sentra perhiasan dan dapat dikatakan sebagai produsen perhiasan utama di Yogyakarta masih terus bertahan sampai kini. Perhiasan-perhiasan yang diperuntukkan bagi kegiatan kebudayaan juga masih terus diproduksi, dan diperjualbelikan.
Siniar edisi ini mengundang Nawang Wulan, penjual aksesoris manten di pasar Beringharjo dan Primastri Jati, pemilik toko kerajinan perak Kotagede untuk menilik lika-liku perhiasan di Yogyakarta dan pandangannya untuk masuk ke pasar dunia.
Pasang Surut Ombak Perhiasan dalam Aksesoris Manten dan Perak Kotagede
Dwi Retno Wulansari (Toko Nawang Wulan Beringharjo)
Primastri Jati (Jari Manis Lab)