Homepippa
Roman teko
Teko atau tempat penyeduh racikan minuman di masyarakat Jawa menjadi benda yang manta aji atau sakral, contohnya si ibu yang tengah mempersiapkan sesi wedangan di sore hari bersama keluarganya, sibuk memoles teko pocinya agar menjadi jamuan minum teh yang nikmat. Khidmat dan penuh ketulusan menjadikan makna wedangan sore itu kian berkesan dengan roman dari masing-masing anggota keluarga.
Budaya wedangan sendiri dalam masyarakat Jawa khususnya sangat erat di kehidupan sehari-hari, berkumpulnya sanak saudara, kolega, masyarakat dalam lingkup kecil maupun besar. Wedangan mengkombinasikan berbagai seni, termasuk seni meramu bahan minuman dalam teko (tempat menyeduh racikan minuman) dan seni wicara yang pada sesi wedangan yakni membawa kehangatan dalam sebuah pertemuan untuk saling berbicara dan mendengar, mengulas kembali apa yang terjadi hari ini, karya apa yang barusan dibuat hari ini atau kemarin dan masa depan.
Berbagai rupa aneka teko berkembang tak lekang oleh maknanya menjadi tempat pelepas dahaga dengan harapan hari-hari panjang dan lelah baik yang akan maupun sudah dilalui menjadi berkah dan semangat.
Dari segenggam teko, makna indah kebersamaan yang hangat menjadikan kultur wedangan di masyarakat Jawa menjadi seni rutinitas tak terlewatkan, sebuah benda & budaya yang harus dirawat agar tak luput dari keberlangsungan generasi selanjutnya.