Alberto Wanma

Albertho Wanma lahir di Biak Papua pada 9 Agustus 1986. Pendidikan SD sampai SMA di Biak, sempat berkuliah di Sekolah Tinggi Seni Papua di Jayapura (sekarang ISBI Tanah Papua) pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan program Sarjana di ISI Yogyakarta pada 2012. Tahun 2015 mendapat kesempatan belajar selama satu semester di Eszterhazy Carolly University di Eger, Hongaria dalam program pertukaran pelajar. Sekarang sedang melanjutkan program Pascasarjana ISI Yogyakarta. Pengalaman seni dimulai sejak awal masuk ISI Yogyakarta, dan mulai berpameran dari tahun 2013, hingga sekarang. Beberapa pameran yang sempat diikuti antaranya, pameran WIT di bentara budaya tahun 2013, pameran kelompok di Art Cafe tahun 2014, pameran Netra Japu (kelompok) pameran kolaborasi darmasiswa Journey to the East di Eger, Hongaria tahun 2015, pameran duet Remahili di Bentara Budaya tahun 2016, pameran Tugas Akhir S1 tahun 2018, pameran JSSP Garis Imajiner Jogja tahun 2019, pameran YIA Kersan Galeri. pameran seni rupa dan pertunjukan Program residensi di Yokiwa Sentani Papua, pameran duet Art Jakarta Salihara Jakarta tahun 2022. Pameran kelompok Rujakan dan pameran kelompok perupa Timur All Ears to the East di Studio Udeido tahun 2024.

'Mun' (Bahasa Biak) 'Mati' Karwar Series

Mix media
240 x 140 x 160 cm
2024

Mun adalah salah satu bagian dalam ritual pemanggilan arwah orang mati dalam tradisi Korwar di suku Biak , dalam kepercayaan tradisi suku Biak tempo dulu, seperti konsep kepercayaan tradisi pada umumnya, suku Biak mengenal tiga alam yakni alam Bawah Arbur dunia orang mati, alam tengah alam makhluk hidup Baken dan alam Roh Suci yen aibu. Orang Biak tempo dulu meyakini bahwa ketika seseorang mengalami kematian maka ada tiga unsur dalam dirinya yang akan terpisah, yakni tubuh (fisik manusia), bayangan ( jiwa/roh Manusia) dan Roh Suci (roh baik dari Nanggi/ Tuhan). Peristiwa kematian yang menjadi misteri inilah yang kemudian mendorong manusia (Suku Biak) berpikir untuk mencari jawaban kemana roh manusia dan roh suci ini pergi dan dapatkah mereka kembali bersatu suatu saat nanti agar seseorang yang telah mati ini dapat hidup kembali? pergumulan inilah yang kemudian melahirkan ritual Korwar ritual pemanggilan Arwah orang Mati. Mun adalah sebutan bagi mediator yang akan berperan sebagai media perantara antara alam fisik dan metafisik, peran Mun dalam ritual ini biasanya diambil dari kerabat terdekat dari orang mati tersebut, seorang Mun akan sangat tersiksa saat ritual ini dijalankan hal ini diakibatkan karena roh/jiwa dari alam bawah dan roh suci dari atas saling menuntut porsi mereka dalam diri mediator, dalam beberapa kasus jika yang menjadi dominan adalah roh alam bawah maka, seorang Mun bisa jadi akan mengalami celaka bahkan kematian. Dan jika ritual ini berhasil mendamaikan roh-roh tersebut, maka roh ini akan ditempatkan pada suatu media baru ( patung amfianiar) sebagai tempat berdiam roh/arwah tersebut. Mun dalam karya ini adalah proses perenungan saya terhadap fenomena dalam lokalitas di daerah saya, bagi saya walaupun kepercayaan tradisi ini pernah ada, dan sekarang sudah tidak dipraktekan lagi, namun tradisi ini ada akibat perenungan manusia terhadap problem sosial, jika problem sosial ini kemudian mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, maka hal yang sama sedang saya kerjakan, dalam melihat, merespon dan bereaksi terhadap problem sosial hari ini.