Proyek Benggala

Proyek Benggala merupakan wahana interdisipliner yang digagas oleh Adnan Aditya, Adhi Pandoyo, Awalludin M, Galih Pramudya, Anbiya Gusti, dan Rachmad Afandi. Pola-pola kesenian yang bersifat kolaboratif dan interdisipliner, merupakan salah satu hal yang mempertemukannya. Dalam menciptakan karya seni berbasis riset terhadap tradisi benda dan tak benda, kami menafsirkan ulang, mengapropriasi dan mengaktualisasikannya sebagai praktek artistik dengan melibatkan serangkai eksplorasi media.

Seperti pada 2021, melalui karya Dorang: Donga Marang Pangeran kami menyoroti peralatan cangkul sebagai artefak yang terus digunakan; hal mana beririsan dengan tradisi lisan sebagai: mekanisme pengetahuan yang mapan di dalam masyarakat, sekaligus sebagai representasi simbolik di dalam budaya agraria hingga ideologi dan politik kekuasaan. Pada karya kami yang lainnya, Keselamatan Wajah Semua Kerinduan (2020), secara perdana kami merespon peristiwa global, pandemi Covid-19 sebagai pageblug yang sejatinya di dalam konteks lokal, bukanlah hal yang baru di dalam meresponnya. Hal terakhir inilah yang meyakinkan kami bahwa perilaku ritual/ritus merupakan mekanisme wacana dan praksis yang memiliki esensi dasar sebagai doa, dan memiliki wajah performatif yang arbitrer dan kontekstual.

Kemudian tahun 2022, kelompok kami yang terdiri dari 6 member terlibat dalam Residensi Kecil Tani Jiwo. Riset kami menghasilkan karya yang menyoroti praktik lokalitas berupa ritual tradisi ruwatan pada masyarakat desa Sikunang, Dieng. Melalui riset sepanjang satu tahun itu, kami berupaya mengaitkan antara mitos dan ritual, dengan pembentukan identitas budaya masyarakat.

Dorang (Donga Marang Pangeran)

media beragam
150 x 150 x 150 cm
2024

Kami meyakini bahwa pacul menyimpan rahasia besar di balik kesederhanaannya. Lebih dari sekadar alat pertanian, pacul menyiratkan warisan makna yang kini sering terlupakan. Berdasarkan ajaran bijak Kanjeng Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Sela, pacul terdiri dari tiga bagian simbolis: Pacul (Ngipatake barang kang Muncul), Bawak (Obahing Awak), dan Dorang (Donga Marang Pangeran)tiga unsur yang menciptakan harmoni antara kerja keras, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari.

Melalui karya ini, Proyek Benggala menghadirkan pacul sebagai simbol azimat kehidupanpenghubung antara usaha manusia, spiritualitas, dan siasat bertahan hidup. Pacul tidak hanya sekadar alat pertanian, melainkan sebuah artefak yang menyimpan energi perjuangan, strategi hidup, dan doa. Dalam konteks masyarakat agraris Indonesia, pacul mengakar dalam tradisi lisan, politik kekuasaan, dan budaya rakyat, serta menjadi simbol kekuatan kolektif.

Proyek ini menggali lebih dalam sejarah pacul, mengaitkannya dengan tradisi lisan, politik kekuasaan, hingga budaya agraria. Kisah orang-orang yang menggunakan pacul menjadi bagian dari instalasi yang hidup, yang memiliki narasi historis, antropologis, dan religius. Dorang (Donga Marang Pangeran) memposisikan pacul sebagai lebih dari sekadar alat, tetapi sebagai azimat modern yang tetap relevan, simbol kehidupan yang terus menyatu dengan keseharian. Bagi kami, pacul kini menjadi simbol lebih besarazimat yang menghadirkan kekuatan spiritual dan ketahanan bagi masyarakat.