Primadi Priyo Laksono

Perupa lahir di dalam keluarga yang menyukai kesenian Jawa khususnya wayang kulit. sejak usia dini perupa seringkali diajak oleh ayahnya untuk melihat pertunjukan wayang kulit. Seiring berjalannya waktu, perupa mulai tertarik dengan keindahan dan nilai estetik dari pewarnaan boneka wayang. Untuk itu perupa masuk ke dalam sekolah menengah seni rupa untuk lebih mendalami seni rupa spesifiknya seni lukis. Dengan kesadaran penuh perupa selalu menyisipkan aspek seni lukis tradisional pada setiap karyanya. Dapat dikatakan wayang menjadi komponen pokok yang ada dalam setiap karyanya, mulai dari objek utama hingga latar belakang. Demi mendalami seni rupa lebih kompleks, perupa melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi yaitu ke Institut Seni Indonesia. Di sana perupa mendapatkan beberapa masukan dalam mengolah seni rupa tradisional agar lebih bervariatif namun tidak meninggalkan corak khas yang ada. Seolah sudah menjadi jalannya, perupa berprinsip untuk tidak meninggalkan seni rupa tradisional guna menjadi penjaga kelestariannya agar tidak punah digempur kebudayaan asing.

Pangayoman

Cat akrilik pada kanvas
50 x 50 cm
2024

Pengayoman ialah kosakata dalam bahasa Jawa yang dapat berarti pengayom, pelindung dan penjaga. Segala hal yang bersifat pengayom atau pelindung pastilah akan dicari manusia guna melancarkan aktivitasnya. Tidak jarang mereka mengorbankan beberapa hal untuk mendapat pengayoman dan perlindungan. Namun banyak juga yang menempatkan nilai pengayoman terhadap aspek spiritualitas. Manusia yang meyakini keesaan Tuhan akan memprioritaskan segala permintaan terkait pengayoman pada Nya. Pada karya ini penulis menggambarkan Petruk yang menggunakan caping yang diasosiasikan sebagai pengayom. Beberapa pendapat mengatakan bila bentuk caping yang lebar di bagian bawah dan kerucut meruncing ke atas memiliki makna berserah diri. Sisi bawah yang lebar mengisyaratkan bahwa manusia harus menjangkau dan beraktifitas seluas mungkin, sedangkan ujung caping bermakna titik kembali hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bila diartikan maka akan bermakna, teruslah bergerak dengan kekuatan dan keyakinan, namun jangan lupa bahwa tempat untuk bersandar atau kembali hanyalah kepada Tuhan. Secara fungsi kebendaan caping menjadi pelindung bagi petani dari terpaan panas matahari dan tetesan hujan. Dengan demikian sangatlah pas bila caping disebut sebagai pusaka para petani, di satu sisi memiliki nilai filosofi spiritual, lain sisinya memiliki fungsi kebermanfaatan dalam kehidupan. Karya ini melukiskan Petruk yang seorang warga pedesaan merasa ayom hatinya dan senang perasaannya. Caping yang dipakainya dapat melindunginya dari panas terik matahari yang seakan menyambar dan air hujan yang mengguyurnya. Perasaan hati yang senang mendorongnya untuk semangat dalam bertani dan menjaga tanamannya dari hama yang mengganggu. Lukisan ini mengajak penikmat untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan dan menghargai benda sekecil apapun.