Dedy Shofianto
Dedy Shofianto telah banyak mengikuti pameran bersama dan lima kali berpameran tunggal, serta sering melakukan commission work di hotel, kafe, dan beberapa instansi. Sejak pandemi Covid-19, Dedy lebih banyak mengeksplorasi seni kinetik jaring penangkap kabut dan air hujan ini, untuk dikembangkan dan semoga bisa diterapkan ke daerah-daerah yang memiliki potensi kabut tetapi belum dioptimalkan. Beberapa penghargaan yang pernah didapat oleh Dedy antara lain: Young Rising Artist Award WIWITAN Restart! Nandur Srawung #7 di Taman Budaya Yogyakarta (2020) dan Juara kategori karya favorit MATRA AWARD (2018).
Manta
Cat Minyak, Kayu Jati, Dinamo, Perangkat Elektronik, Sensor Gerak, Besi Kuningan, Stainless steel.
50 x 50 x 50 cm
2024
Karya Manta terinspirasi dari Pari manta atau Pari Sinar, ikan pari besar yang termasuk dalam genus Mobula (sebelumnya memiliki genus sendiri, Manta). Spesies pari manta yang paling besar, Manta birostris (Pari manta raksasa, ikan pari terbesar di dunia) memiliki lebar sayap yang dapat mencapai 7 meter. Sedangkan spesies yang lebih kecil, Manta alfredi, memiliki lebar sayap yang dapat mencapai 5,5 m. Keduanya memiliki sirip dada berbentuk segitiga, sirip kepala berbentuk tanduk dan mulut besar yang menghadap ke depan. Pari manta diklasifikasikan ke dalam ordo Myliobatiformes dan famili Myliobatidae (pari elang). Pari manta memiliki otak dan rasio otak-tubuh terbesar di antara semua jenis ikan.
Manta dapat ditemukan di lautan tropis di seluruh dunia (kurang lebih antara 35 lintang utara hingga 35 lintang selatan). Persebarannya yang luas dan penampilannya yang unik menyebabkan ikan ini sering dijuluki devil fish (ikan setan). Di Indonesia, pari manta memiliki aneka nama lokal seperti cawang kalung, plampangan, serta pari kerbau (karena tanduk di kepalanya). Gerakan sirip dan ekor ikan tersebutlah yang menjadi ide dalam proses pembuatan karya ini. Ikan tersebut saya distorsi dan dikombinasi dengan perangkat elektronik sehingga bisa bergerak dengan dinamis secara mekanik.