Aan Yuliyanto

Aan Yuliyanto, lahir di Bantul pada 14 Juli 1985 dan berdomisili di Bantul, Yogyakarta. Lulusan S1 Desain Komunikasi Visual (DKV) dari ISI Yogyakarta. Dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari 2022-2024, Aan aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni dan workshop. Pada tahun 2024, ia menjabat sebagai Konseptor Artistik untuk Biennale Jogja Golong Gilig serta menjadi pemateri workshop dalam acara yang sama di Sawit, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Ia juga ikut serta dalam pameran kaos Solo Is Solo, di Solo. Pada tahun 2023, Aan terlibat dalam pameran seni internasional Multi Frame #5 Multi Expression di FSRD UNS Solo dan memimpin workshop cetak cukil kayu di Studio Diskom ISI Yogyakarta. Sebelumnya, pada tahun 2022, ia berkontribusi dalam pameran Multi Frame #4 From Pandemic to Post Pandemic di FSRD UNS Solo, menjadi pemateri workshop di Pasar Kangen Jogja dan Kenduri Sablon Jogja, serta mengerjakan proyek ilustrasi sampul buku Berjumpa Digambar karya Asnar Zacky dengan teknik cukil. Selain itu, ia juga menjadi pemateri kuliah umum tentang teknik tatah surung di ISI Yogyakarta.

Perjalanan Tapal Kuda

Linocut pada kertas
35 x 30 cm
2024

Ini tentang lelaku kehidupan manusia dalam mencari sebuah keselamatan dan juga keberuntungan. Dalam proses pencarian pada perjalanan kehidupan manusia, terdapat sebuah benda yang di-azimat-kan mampu memberikan keselamatan dan keberuntungan, yakni tapal kuda. Kepercayaan sebagai sebuah narasi yang melekat pada tapal kuda tidak hanya populer di tanah Nusantara, namun sudah diamini oleh sebagian kelompok masyarakat di berbagai belahan benua Eropa, Amerika, maupun Asia. Terkhusus pada sebagian masyarakat Jawa pun mempercayainya, apalagi yang masih memegang teguh tradisi Jawa. Tapal kuda yang tidak lagi digunakan oleh kuda, menjadi sebuah benda yangdapat dikatakansakral, lantas digunakan sebagai barang koleksi. Bagi yang masih mempercayai kesakralan tapal kuda, posisi pemasangannya menjadi suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan. Pemasangan tapal kuda yang digantung di dinding, jika menyerupai huruf U (bagian lengkung berada di bawah) maka dipercaya memiliki arti menyerap keberuntungan dan keselamatan, bagi si pemilik, sedangkan bila pemasangan tapal kuda menyerupai huruf n (bagian lengkung berada di atas) maka dipercaya memiliki arti menebar keberuntungan dan keselamatan bagi tamu yang berkunjung ke rumah pemilik tapal kuda. Makna pada tapal kuda setiap daerah bisa saja berbeda, tergantung kebiasaan masyarakat ataupun budaya yang bekembang di tempat tertentu. Namun, semuanya memiliki kesamaan yakni merujuk sebagai sebuah simbol pendatang kebaikan pada manusia.