Pameran "Nget-Ngetan" FKY 2023 Hadirkan Ingatan Tentang Pangan

Kamis, 28 September 2023

Pameran “Nget-Ngetan” Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 resmi dibuka pada Kamis (28/09) di Gedung Kesenian Wates, Kulon Progo. Pembukaan dilakukan secara simbolis dengan memainkan Gejog Lesung, suatu kesenian tradisional berupa permainan musik perkusi menggunakan lesung yang kerap dipakai masyarakat agraris Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menumbuk padi, oleh Dian Lakshmi Pratiwi, Karen Hardini, Jazil Ambar Was’an, dan Arif Prastowo.

Karen Hardini, perwakilan dari empat kurator pameran, mengungkapkan bahwa nget-ngetan merupakan kata yang dekat dengan pengetahuan umum masyarakat Yogyakarta. “Nget-Ngetan” merujuk pada cara masyarakat ketika memanaskan sayuran supaya tidak cepat basi. “Soyo dinget soyo enak,” ungkap Karen, yang berarti semakin dipanaskan sayuran itu semakin enak.

Jazil Ambar Was’an, pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, juga mengatakan bahwa kata nget-ngetan memiliki makna yang cukup menarik, yang menurutnya cukup familiar bagi orang-orang dulu sepertinya.

“Dulu, yang namanya sayur kalau dinget itu justru menjadi lebih enak. Yang sering kita rasakan mungkin gudeg, juga jangan waluh yang sekalipun sampai lodrok juga masih enak dirasakan,” tutur Jazil.

Meski demikian, menurut Karen, nget-ngetan juga mengandung arti lain yang berarti mengingat sesuatu, dengan cara saling memandang dan saling berjumpa. Dengan makna ini, nget-ngetan berupaya menjadi pemantik masyarakat untuk mengingat dan memahami dinamika kebudayaan pangan.

“Untuk mendekatkan (pada masyarakat) bahwa ketahanan pangan bisa menjadi suatu bahan yang kreatif dan artistik,” tutur Karen.

Lebih lanjut, menurut Karen, ada 5 kata kunci yang memayungi kesenian dalam pameran ini, yaitu alam, sumber daya manusia, hasil, distribusi, metode atau proses. Dengan mengangkat kata-kata kunci inilah kemudian Pameran “Nget-Ngetan” dihadirkan dalam 4 segmen, yaitu Pelajar, Reka Baru, Kelana Karya, dan Asana Rasa. Selain itu ada juga beberapa lokakarya yang, menurut Karen, bakal menjadi aktivasi dari aktivitas masyarakat Kulon Progo dalam merespon isu ketahanan pangan.

“Pada akhirnya pameran ini memang kita bungkus menjadi edukasi, kemudian mengangkat potensi-potensi yang ada, kemudian menampilkannya secara artistik,” tutur Karen.

Sementara itu, Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, sangat mengapresiasi dengan adanya Pameran “Nget-Ngetan” FKY 2023. Menurutnya pameran ini dapat kembali menampilkan aktivitas-aktivitas pangan yang sebenarnya mencerminkan nilai kebudayaan dan peradaban kebudayaan Jawa masa lalu. Sehingga, dari pameran ini, akan timbul inspirasi dan kreasi untuk masa-masa sekarang.

“Kami berharap pameran ini senantiasa dapat berdampak baik ke depan, mengaktivasi kembali sendi-sendi kebudayaan yang ada di masyarakat, turut menciptakan kesejahteraan melalui penciptaan karya, sekaligus menunjukkan karakter kerakyatan kita,” tutur Dian.

Pembukaan Pameran “Nget-Ngetan” juga diramaikan oleh tiga pertunjukan yang tampil secara berurutan. Pertama, pertunjukan Tapak Asmo, yaitu sebuah proyek kolaborasi antara grup musik Etnik Wingit dan puppeteer Pradipta Marionette. Pertunjukan ini menampilkan pertunjukan teater boneka dengan judul Menata Tapak.

Pertunjukan kedua, Jathilan dari siswa-siswi SMP 2 Pengasih, Kulon Progo, dengan judul "Jigrak-Jigrak". Jathilan ini merupakan pengembangan kesenian Jathilan Pongdel yang berkembang di wilayah Kulon Progo. Karya ini menggambarkan kegagahan prajurit yang sedang berlatih seni peperangan dengan menunggang kuda dan gerak-gerak kaki yang lincah, atraktif dan dinamis. Gerakan-gerakan ini menjadi simbol keindahan dan daya tarik dalam garapan Jigrak-Jigrak.

Pertunjukan Ketiga, Gejog Lesung Sanggar Watugunung dengan membawa karya Maswikara, yaitu pertunjukan drama musikal, dengan lesung sebagai komponen utama yang hendak disorot. Dalam pertunjukan ini lesung tidak hanya digunakan sebagai instrumen musik untuk menghasilkan irama-irama yang ritmis dan menarik, tapi juga sebagai penggerak cerita dalam pertunjukan ini. Mengambil esensi untuk edukasi lesung terhadap anak muda supaya lesung kembali dikenal dan dilestarikan.

Pembukaan Pameran “Nget-Ngetan” diakhiri dengan pertunjukan monolog oleh Seniman Rendra Bagus Pamungkas dengan judul “Rahasia Dapur”. Merespon salah satu karya yang ada di dalam ruang pameran, Rendra menceritakan bahwa dapur menjadi sesuatu yang vital bagi kehidupan kita. (ZM).