Memaknai Ulang Kebudayaan, FKY 2023 Usung Tema Ketahanan Pangan

Rabu, 13 September 2023

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 datang kembali untuk mengutuhkan makna kebudayaan yang lebih luas, tidak sebatas kesenian. Dengan mengusung tema besar festival “ketahanan pangan” dengan judul utama “Kembul Mumbul”. Penyelenggara FKY 2023 berharap FKY tahun ini mampu membawa format baru dalam rangka membongkar sekat pemahaman yang masih banyak disalahpahami terkait definisi kebudayaan.

Seperti disampaikan oleh Beny Suharsono Sekda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bahwa tema ketahanan pangan diharapkan mampu menjadi kekuatan dalam FKY tahun ini. Melalui tema itu juga ia berharap pemahaman soal isu pangan bisa tersebar lebih luas.

“Kemampuan pangan kita diharapkan menjadi kekuatan dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta,” ujar Beny Suharsono pada konferensi pers penyelenggaraan FKY 2023 yang digelar di Lobby Gedhong Pracimosono, Komplek Kepatihan pada Selasa (12/09/2023) siang.

Penyelenggaraan FKY kali ini juga menandai langkah baru dalam komitmennya “mencatat kebudayaan”, yaitu dengan mulai menggagas skema rotasi lokasi festival untuk tahun 2023-2027. Untuk tahun ini, seluruh rangkaian program FKY akan digelar pada 24 September hingga 15 Oktober 2023 secara terpusat di Kulon Progo selaku tuan rumah dan beberapa di Kota Yogyakarta. Sekalipun begitu, langkah ini masih dalam tahap pra-rebranding FKY, sebuah langkah pembuka untuk tahun-tahun penyelenggaraan di depan.

“Tahun ini adalah pra-rebranding FKY yang mencoba memaknai seluruh kehidupan manusia, sesuai dengan Undang Undang Pemajuan Kebudayaan yang menyebutkan objek-objek kebudayaan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, adat istiadat, benda, bahasa dan seterusnya,” papar Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi.

Sementara itu, Koordinator Steering Committer FKY 2023, Butet Kertaradjasa mengatakan, pemikiran dan upaya mengolah gagasan rebranding FKY 2023 telah dimulai sejak April 2023 lalu. Rebranding ini memiliki dampak yang menyangkut tidak hanya pengubahan istilah semata, melainkan sebuah bentuk pembelajaran kepada publik agar tidak memaknai kebudayaan secara sempit.

“Kami sudah mendapat banyak arahan dari Bapak Gubernur, terutama mengenai pemaknaan dari kebudayaan. Selama ini secara nasional dalam berbagai kebijakan dan politik anggaran, kebudayaan disederhanakan hanya urusan kesenian saja,” ujarnya.

Butet juga melihat kreativitas masyarakat dalam ketahanan pangan. Banyak bukti, seperti penciptaan bibit-bibit singkong, penanaman anggur, dan sayur-sayur yang menggunakan teknologi. Kreativitas-kreativitas inilah yang penting untuk diakomodasi dalam FKY, tidak terbatas pada kesenian saja.

Prosesi Pembukaan FKY 2023, sebut Ketua I FKY 2023, B. M. Anggana, akan diselenggarakan di Waduk Sermo, dengan venue utama di Alun-alun Wates Kulon Progo. Walaupun terpusat di Kulon Progo, tetapi terdapat beberapa program yang bertempat di kota Yogyakarta, seperti di Taman Budaya Yogyakarta dengan pertunjukan Teater Koma dari Jakarta dan Jogja Book Fair x FKY yang akan diselenggarakan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Yogyakarta.

Selain itu juga terdapat banyak program yang linier dengan tema “ketahanan pangan”, seperti Pawon Mumbul, yaitu live cooking di venue utama FKY 2023, yang beberapa hidangannya disediakan dari program panggilan terbuka inovasi menu makanan Ramu Rame.

Program-program presentasi seni juga turut dihadirkan dengan tetap merespons tema festival, tambah Ketua II FKY, Istifadah Nur Rahma, antara lain program pertunjukan, program pameran, dan Angkringan Jokpin.

Program pameran akan dibuka pada tanggal 28 September di Gedung Kesenian Kulon Progo. Di program pameran ini ada beberapa program lain, seperti satu program yang mengangkat satu maestro tempatan dan program arsip Jawa klasik yang menceritakan tentang gastronomi.

Program pertunjukan terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu undangan dan panggilan terbuka. Panggilan terbuka adalah ruang yang disediakan oleh FKY 2023 yang bisa direspons oleh seluruh masyarakat yang ingin berekspresi melalui pertunjukan bertemakan ketahanan pangan. Program ini bernama Panggung Terbuka. Kedua, program undangan, yaitu perwakilan dinas kabupaten/kota dan terkurasi (Teater Koma dan teater rakyat yang mengangkat lakon Astono Girigondo.

“Angkringan Jokpin akan dilaksanakan di DPAD DIY pada tanggal 8, 11, dan juga 14 Oktober. Merupakan pertunjukan sastra yang memanggungkan pembacaan karya sastra, semi-talkshow,” ujar Isti. (DH).