PENELUSURAN TEATER RAKYAT
DI YOGYAKARTA: Pendekatan Teater untuk
Menumbuhkan Keberdayaan Kolektif Warga




Catatan awal jejak teater rakyat di Yogyakarta dapat mulai ditelusuri dari Arena Teater SAV Puskat (SAV Puskat sekarang berubah menjadi LPPM USD-SAV) dengan salah satu tokohnya adalah Fred Wibowo. Sejak tahun 1980an institusi ini menempatkan teater rakyat sebagai salah satu strategi untuk pengorganisasian dalam komunitas dampingannya. Lalu, mengapa teater rakyat menjadi strategis di masa-masa awal keberadaannya?


Pembredelan Pers Tahun 1994 (Sumber: Arsip LPPM USD-SAV)

Media untuk berkomunikasi antar masyarakat di tataran grassroot sangat dibutuhkan pada masa itu dimana situasi negara cukup represif, dan segala kebijakan bersifat top down.

Dari keterangan Tri Giovanni, salah satu infrastruktur yang kemudian menjadi perpanjangan idealisme teater rakyat SAV Puskat adalah Balai Budaya Minomartani (BBM) yang diresmikan tahun 1990 dan disusul dengan radio komunitas BBM FM di tahun 1995. Tentu salah satu inisiatornya adalah Ruedi Hoffman, yang juga merupakan pendiri SAV Puskat. Meskipun pertunjukan teater rakyat bukanlah agenda utama di sana, namun fungsi BBM sebagai ruang warga untuk mengorganisir dirinya dan mewujudkan tantangan-tantangan yang dialaminya dalam berbagai bentuk kesenian merupakan dinamika yang sejalan dengan metode teater rakyat.


Peresmian BBM 14 Agustus 1990. Romo Rudy Hofmann hadir. (Sumber: Arsip LPPM USD-SAV)

Dari arsip video milik LPPM USD-SAV, aktivitas teater rakyat Arena Teater SAV Puskat paling awal yang dapat ditelusuri adalah tahun 1987 dalam bentuk video, sedangkan arsip foto juga rapih tersimpan sejak tahun 1990.

Lokakarya-lokakarya tersebut dibuka untuk umum. Pada awalnya dilaksanakan di luar studio SAV Puskat, seperti pantai Baron dan Pantai Sundak, Yogyakarta. Namun semenjak tahun 1994 lokakarya berpindah ke Jaban, Yogyakarta yang merupakan studio SAV Puskat yang ditempati hingga hari ini setelah bertransformasi menjadi LPPM USD-SAV. Tidak hanya di Yogyakarta, pelatihan teater rakyat ini juga dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu arsip yang tersedia adalah pelatihan tahun 1993 di Mentawai yang salah satu tujuannya adalah mendokumentasikan kisah Rasman Purba, seorang Mahasiswa yang pulang ke Mentawai dengan tujuan memajukan pendidikan di sana.



Peresmian BBM 14 Agustus 1990. Romo Rudy Hofmann hadir. (Sumber: Arsip Lokakarya Teater Rakyat SAV Puskat 1990)


Pentas Teater Rakyat di Mentawai, 1993 (Sumber: Arsip LPPM USD-SAV)


Pelatihan Teater Rakyat di Jaban, 1994 (Sumber: Arsip LPPM USD-SAV)

Lokakarya-lokakarya inilah salah satu cara penting dalam penyebaran pendekatan teater rakyat di kalangan mahasiswa, seniman, pendidik, hingga aktivis. Beberapa anggota Arena Teater SAV Puskat memang pernah mengenyam workshop teater di PETA (Philipine Educational Theater Association), namun pendekatan teater rakyat yang digunakan ketika pulang ke Yogyakarta tentu disesuaikan konteksnya. Meskipun mengalami represi pemerintah yang serupa, namun alam tempat hidup, kehidupan sosial, dan fasilitas yang dimiliki masyarakat masing-masing tentu memiliki perbedaan. Lalu, bagaimana kemudian pelatihan teater rakyat yang dilakukan Arena Teater SAV Puskat?

Selanjutnya, bagaimana dinamika dalam pemanfaatan pendekatan teater rakyat di tubuh SAV Puskat sendiri? Masihkah pendekatan ini relevan di masa kini?

SAV Puskat selama ini juga memanfaatkan metode teater rakyat ini sebagai salah satu pendekatan pengajaran dalam prodi Pendidikan Agama Katolik. Seperti yang dikatakan Romo Murti, dasar dari dimasukkannya metode teater rakyat ini karena setelah kelulusannya, mahasiswa memang diharapkan melayani masyarakat. Metode-metode teater rakyat yang di dalamnya terdapat analisis sosial dan usaha pemberdayaan masyarakat menjadi penting diilhami sebagai pengetahuan dan praktik.

Dalam perkembangannya salah satu komunitas teater rakyat yang muncul di luar SAV Puskat adalah ITRY (Institut Teater Rakyat Yogyakarta). Bergerak sekitar tahun 1992-2000an, beberapa tokoh dalam ITRY seperti Budi S. Gemak dan Joned Suryatmoko juga sempat mengenyam lokakarya di SAV Puskat. Tentu dari lokakarya itu, banyak kontekstualisasi dalam penerapannya. Hal ini, termasuk soal bagaimana menavigasi tujuan penggunaan teater rakyat ini dalam mendorong kesadaran untuk keberdayaan warga.

Dokumen Profil ITRY (Sumber: Arsip Budi S. Gemak)

Keberadaan ITRY tentu cukup kontekstual pada masa-masa tersebut. Dinamika situasi negara mendorong pemuda-pemudi saat itu untuk ikut serta dalam berbagai pergerakan sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Seperti apakah gambaran pergerakan ITRY berikut tantangan yang hadir pada masa itu?

Meskipun secara organisasi ITRY sudah bisa dianggap tidak berlangsung lagi, namun pendekatan pengorganisasian untuk pemberdayaan masyarakat ini masih dilanjutkan secara individual. Berdasarkan keterangan Budi S. Gemak melalui pesan tertulis, pada dasarnya penulisan naskah dengan pendekatan teater rakyat ini dimulai dari tahap ungkap data masalah, mengumpulkan data masalah, analisis sosial, menentukan premis dan alur cerita, dan terakhir pengadeganan.


Tahap-Tahap Penulisan Naskah Pelatihan Ephemera: Kiyak Kiyuk Tahun 2020 (Sumber: Arsip IVAA)

Tahap-tahap ini secara berurutan juga dilaksanakan ketika melakukan pelatihan untuk karya Ephemera: Kiyak Kiyuk, sebuah pertunjukan ibu-ibu dari Dipowinatan, Yogyakarta dalam malam penutupan Festival Arsip IVAA Ephemera 2020.

Keterangan:

SAV Puskat: Studio Audio Visual Pusat Kata Ketik

LPPM USD-SAV: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sanata Dharma-Studio Audio Visual

IVAA: Indonesian Visual Art Archive

Pemrogram: Nia Agustina dan Kurnia Yudha

Cerita Lainnya