Dapur Umum Buruh Gendong dan
Dian Suci

Dapur Buruh Gendong dan Dian Suci diundang untuk berdialog dan mencatat soal cara-cara bertahan hidup bersama di masa pandemi dan krisis multidimensi seperti sekarang. Dapur Buruh Gendong adalah salah satu dapur umum yang dibentuk untuk memberikan bantuan makan siang setiap hari kepada para buruh gendong perempuan di beberapa pasar tradisional di Yogyakarta, termasuk Beringharjo, Giwangan, Gamping, dan Kranggan. 

Pandemi Covid-19 ini telah memengaruhi pemasukan para buruh gendong perempuan. Kondisi hidup mereka yang sebelumnya sudah rentan, kini kian berada dalam kesulitan. Sebelum pandemi, para buruh gendong perempuan ini mendapatkan pemasukan rata-rata sebesar Rp50.000,00 per hari. Semasa pandemi, pemasukan mereka berkurang drastis hingga Rp25.000,00 per hari. Kini selama PPKM, rata-rata pemasukan semakin berkurang lagi.

Dapur Buruh Gendong mulai beroperasi pada 19 Oktober 2020. Digagas oleh empat koordinator, yaitu M. Berkah Gamulya, Elanto Wijoyono, Adriani Zulivan, dan Dodok Jogja. Dapur ini berjalan dengan sistem tahapan, setiap tahap berlangsung antara 20 hingga 25 hari. Para pengelola dapur mengumumkan kebutuhan dapur di awal setiap tahap, seperti dana, logistik, dan jumlah relawan. Di akhir tahap, laporan publik dirilis melalui media sosial untuk mengumumkan donasi yang didapat dan jumlah porsi makanan yang didistribusikan. Selain itu, laporan kegiatan harian dan mingguan pun diunggah secara berkala di akun media sosial Dapur Buruh Gendong, yaitu @dapurgendong. Sistem pelaporan ini merupakan akuntabilitas penggunaan dana yang dibuka luas agar para donatur dan publik dapat turut memantaunya.

Hingga 23 September 2021, Dapur Buruh Gendong telah berjalan hingga sembilan tahap selama hampir satu tahun. Dalam kurun waktu ini, Dapur Buruh Gendong telah mendistribusikan 44.577 porsi makan siang kepada buruh gendong perempuan dan merambah ke kelompok lain yang membutuhkan, seperti pengemudi becak, tenaga kebersihan, penjaga parkir, transpuan, dan rekan aktivis yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Di tengah kesibukan dapur di bulan Agustus 2021, Dian Suci memulai proses mencatat mengenai Dapur Buruh Gendong sebagai carik dapur. Dian Suci adalah seorang seniman yang selama ini menggunakan ruang domestik sebagai titik pijak untuk membicarakan politik dan persoalan-persoalan publik. Selama proses pencatatannya, Dian Suci menempatkan posisinya sebagai orang yang datang untuk belajar dari dapur dan orang-orang di dalamnya. 

Hasil dari proses pencatatan Dian Suci adalah sebuah karya berjudul Setelah Hidup: Seterusnya Menyala. Karya ini menggunakan kotak-kotak makanan yang digunakan untuk membungkus makanan di Dapur Buruh Gendong. Bagi Dian, Dapur Buruh Gendong merupakan perwujudan pentingnya perputaran bantuan yang konsisten. Karya berbentuk tungku perapian yang terus menyala menunjukkan upaya para relawan sebagai jalinan yang bersifat saling menguatkan. Detail-detail kecil dalam karya ini merupakan perekaman aktivitas Dapur Buruh Gendong. Ilustrasi ini mencatat bahwa upaya dan keterlibatan sekecil apa pun mempunyai pengaruh pada gerakan solidaritas rakyat bantu rakyat.

Dapur Buruh Gendong akan terus bergerak membantu penghidupan para buruh gendong, pekerja di pasar, dan orang-orang yang sedang berjuang, bertahan hidup, maupun berhadapan dengan kebijakan-kebijakan yang tidak memihak mereka. Konsistensi dapur dan pengorganisasian yang transparan adalah sebuah kritik terhadap kondisi minimnya akuntabilitas penggunaan dana publik dalam menghadapi pandemi ini. Sikap Dapur Buruh Gendong ini terwujud dalam keputusan menolak pemberian dana pemerintah, termasuk posisinya dalam perhelatan ini. Dapur Buruh Gendong telah mendukung kerja-kerja seniman, tapi bagi mereka pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik untuk kepentingan rakyat pun tetap harus terus dituntut.

Pemrogram pameran: Ipeh Nur dan Syafiatudina

Foto: Gevi Noviyanti, Rangga Yudhistira, Kurniadi Widodo

Cerita Lainnya