Aroma, The Last Nutrition,
dan Penjaga Hubungan



Octo Cornelius

Batu bata, Semen, Kayu, Aluminium dan Tembaga

2021



Yang memberi hidup

Octo Cornelius adalah seniman visual yang akrab dengan karya-karya instalasi kayunya. Melihat karya Octo, sekilas seperti bermain-main tapi penuh eksperimen dan kompleks. Ia memotong, menyambung, membentuk, dan memberi narasi baru pada benda-benda temuan, seperti limbah bangunan, logam, dan kayu-kayu bangkai kapal. Octo seolah memberi nyawa pada yang mati, seperti pada konsep reinkarnasi atau kelahiran semula. Hal ini membawa rasa penasaran kami tentang bagaimana pertemuannya dengan material-material itu dan perlakuannya.

Kami menyambangi rumah sekaligus “dapur” tempat ia mengolah gagasan untuk mengintip sedikit proses yang dilakukan. Studionya penuh dengan peralatan tukang, tumpukan material kayu, dan bongkahan batu bata yang tampak riuh tapi asik. Diiringi sayup-sayup suara radio, Octo banyak bercerita tentang kisah personal yang cukup memengaruhi penciptaan karyanya. Sejak kecil Octo memiliki hobi “memulung”, sama halnya yang ia lakukan saat ini. Beberapa material kayu ia dapatkan di Rembang dari bekas konektor-konektor rumah dan limbah perahu. Rembang sebagai kota kelahirannya telah meninggalkan banyak ingatan dan cerita. Rembang merupakan kota pelabuhan kuno yang ramai sebagai jalur perdagangan di masa lalu. Beberapa tempat masih bisa ia bayangkan seperti apa wujudnya dulu, termasuk teknologi perahu yang memberinya inspirasi dalam berkarya dan mengolah material. 

Octo kini tinggal di Jeron Beteng (wilayah di dalam benteng Keraton Yogyakarta), tepatnya di Kampung Gamelan. Tidak jauh dari tempatnya, Pojok Beteng sebelah timur laut atau tembok Baluwarti sisi timur baru saja dibangun ulang. Pembangunan ulang ini meninggalkan banyak dugaan, seperti bentuknya yang mungkin tidak sesuai dengan aslinya. Pernyataan Octo, “kebenaran masa lalu menjadi guru”, menjadi pemantik dirinya sendiri untuk masuk ke dalam narasi yang lebih jauh, salah satunya ketertarikan pada restorasi bangunan sejarah. Narasi ini juga menjadi pemicu Octo dalam mengolah material batu bata atau limbah bangunan lainnya.

Ada beberapa alasan penggunaan material limbah. Pertimbangan penggunaan material ini tidak hanya terletak pada bentuknya yang artistik, tapi juga nilai historis yang terkandung. Bagi Octo, penggunaan material bisa membicarakan banyak hal serta dapat memunculkan informasinya sendiri. Setiap benda temuan memiliki sejarah sehingga penggunaan material limbah adalah caranya membicarakan isu marjinal atau yang terpinggirkan.

Dalam pameran FKY 2021 Mereka Rekam ini, Octo membuat tiga karya instalasi yang berangkat dari dapur. Dapur menjadi ruang yang selalu hidup dan memberi kehidupan. Melalui karya yang berjudul Aroma, The Last Nutrition, dan Penjaga Hubungan, ia mencoba menginterpretasikan dapur dalam wujud komposisi material, sekaligus menjadi caranya untuk merespon situasi sekarang.

Aroma

Mesti wujudnya tidak dapat dilihat secara fisik, aroma sering kali menjadi sebuah media pengantar kabar. Dalam hal ini adalah sebuah pesan tentang sesuatu yang sedang dilakukan di dapur. Kehadiran aroma dari aktivitas dapur sering menjadi sebuah media bagi penerima pesan (orang yang mencium aroma) untuk membuat dugaan. Dugaan yang hadir dari aroma yang tercium menimbulkan rasa penasaran sehingga mengundang mereka untuk datang. 

The Last Nutrition

Sebagai sebuah tempat yang menyediakan makanan sebagai asupan kehidupan, dapur umum hadir di masa-masa sulit ketika individu tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara mandiri. Dalam hal ini, dapur umum memiliki posisi penting sebagai sarana bertahan hidup yang menyediakan kebutuhan dasar hidup setiap orang. 

Penjaga Hubungan

Hadirnya dapur umum dalam situasi-situasi kritis dapat juga dimaknai sebagai sarana untuk menjaga sebuah hubungan. Pemaknaan tersebut dapat dibaca melalui sikap saling bantu antarindividu yang terwujud dalam sebuah ruang bersama. Memberi dan diberi dalam sistem kerja dapur umum memantik sebuah hubungan yang intim terhadap kesadaran saling menjaga. Dari hal tersebut, kita dapat melihat semangat hidup yang tinggi dalam bentuk interaksi hubungan antar manusia. 



Pemrograman Pameran: Ipeh Nur & Syafiatudina

Foto: Rahma Annisa Wulandari, Kurniadi Widodo, Rangga Yudhistira

Cerita Lainnya