Materi Siaran Pers Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 "Kembul Mumbul"
Selasa, 12 September 2023
Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 adalah festival yang memperantarai, mengakomodasi, mencatat dan merayakan keberadaan berbagai subjek, gerak, maupun hasil kebudayaan yang pernah/sedang berdenyut di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sejak tahun 1989, artinya sudah 35 tahun, FKY turut hadir membersamai dinamika kebudayaan. Awalnya FKY menitikberatkan pada festival kesenian. Namun pada tahun 2019, FKY memperluas cakupan dan perannya dari ‘etalase seni’ menjadi ruang ‘pencatatan kebudayaan’ sekaligus akhirnya berganti nama dari “Festival Kesenian Yogyakarta” menjadi “Festival Kebudayaan Yogyakarta”.
FKY pada tahun ini juga menjadi langkah awal dari upaya re-branding FKY menjadi event induk dari perhelatan kesenian dan kebudayaan yang ada di DIY. Maka untuk menyongsong upaya tersebut dibentuklah Steering Committee yang beranggotakan tujuh seniman dan budayawan, yang diketuai oleh Butet Kartaredjasa, dengan anggota Koes Yuliadi, Ong Harry Wahyu, Bambang Paningron, RM Altiyanto Henryawan, Aji Wartono, Suwarno Wisetrotomo. Mereka menjadi board pengarah dalam pelaksanaan roadmap FKY 2023, dengan jajaran ketua pelaksana tahun ini yakni B.M. Anggana, Muhamad Erlangga Fauzan dan Istifadah Nur Rahma.
Sesuai arahan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwa kebutuhan untuk memberi pemahaman akan makna kebudayaan sangat identik dengan peradaban. Dan pemahaman akan kebudayaan justru menjadi hal yang paling krusial untuk dimengerti. Dari hal itulah FKY diharapkan bisa menjadi pintu masuk untuk menggeser pemahaman kesenian ke dalam lanskap besar kebudayaan dan peradaban.
Sehingga di tahun 2023 ini, FKY menandai langkah baru dalam meneruskan komitmennya “mencatat kebudayaan”, yaitu dengan mulai menggagas skema rotasi lokasi festival untuk tahun 2023-2027. Empat kabupaten (Kulon Progo, Gunungkidul, Bantul, Sleman) dan satu kota (Yogyakarta), setiap tahun secara bergiliran, akan dijadikan pusat lokasi festival. Melalui skema ini, FKY berupaya menyingkap dinamika kebudayaan Yogyakarta yang lebih berwarna dan berdaya. Untuk memulai skema rotasi tersebut, Kulon Progo menjadi pilihan pertama diselenggarakannya FKY dengan Alun-Alun Wates sebagai venue utama. Meskipun demikian, sifat pemilihan venue utamanya tidak mengikat. Beberapa program yang terselenggara ada juga yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Kesenian Kulon Progo, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Taman Budaya Kulon Progo dan penutupan di Stadion Kridosono. Penyelenggaraan FKY 2023 kali ini dibuka tanggal 24 September hingga 15 Oktober 2023 dengan mengusung tema “ketahanan pangan” yang diberi judul utama “Kembul Mumbul”.
Di dalam konteks kultur Jawa, kembulan merupakan sebuah peristiwa kolektif yang ditandai dengan aktivitas menikmati hasil pangan di satu media saji yang sama. Inti dari kembul adalah
rasa saling berbagi kenikmatan untuk mengucap syukur terhadap berbagai usaha dan berkat yang telah dirasakan dari peristiwa sehari-hari. Istilah mumbul, melanting atau membumbung, merupakan upaya FKY melambungkan sesuatu hal yang penting terkait persoalan ketahanan pangan. Secara mendasar, Kembul Mumbul dapat dipahami sebagai sebuah upaya untuk memunculkan, memantik, dan mendorong kita semua agar menjadi gerakan kesadaran bersama terkait persoalan ketahanan pangan.
Kembul Mumbul sebagai tema dinyatakan melalui tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut menjadi pembeda antara pengertian ketahanan pangan secara global yang menekankan pada ketersediaan, keterjangkauan, kegunaan dan kestabilan pangan dengan Kembul Mumbul yang mengupayakan aspek kultural sebagai fondasi. Pada dimensi pertama, FKY hadir sebagai sebuah ruang pertemuan bagi setiap warga untuk merayakan peristiwa saling berbagi. Selanjutnya, dimensi kedua untuk menandai segala permasalahan kompleks antara peran warga, budaya pengolahan pangan, kondisi alam, corak pengetahuan, dan ragam persoalan lainnya. Terakhir pada dimensi ketiga sebagai ruang keterlibatan warga untuk menginisiasi perubahan ke arah kehidupan yang berdaulat dan menancapkan lebih dalam lagi semangat kolektivitas melalui peristiwa kultural.
Melalui tema ini FKY 2023 menghadirkan belasan program esensial dan puluhan anak kegiatan, yaitu:
- Prosesi Pembukaan FKY 2023 (24 September 2023)
Prosesi Pembukaan FKY 2023 akan dilaksanakan di Waduk Sermo Kulon Progo. Acara ini akan menjadi penanda dibuka dan dimulainya Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 “Kembul Mumbul”. Di dalam prosesi pembukaan ini, terdapat berbagai kegiatan meliputi Pawai, Panggung Pembukaan, dan berbagai kegiatan menarik lainnya. Pada FKY tahun ini, kegiatan Pawai mengangkat ketahanan pangan yang secara spesifik diejawantahkan melalui konsep syukuran agraria yang diikuti oleh kontingen dari empat kabupaten serta satu kota DIY dengan simbol memonumenkan 1000 hasil bumi yang dibawa peserta pawai. Panggung Pembukaan akan diisi oleh prosesi rasa syukur kepada alam yang telah melimpahkan sumber pangan, sambutan-sambutan, dan upacara simbolis pembukaan FKY 2023.
- Pawon Mumbul (25 September - 7 Oktober 2023)
Pawon Mumbul merupakan ruang berbagi pengetahuan bersama dan sarana pengungkapan rasa syukur terhadap keanekaragaman pangan yang ada di sekitar. Program ini menampilkan suguhan berbagai jenis menu pangan dengan aneka kategori dan dimensi. Bentangan menu pangan yang disajikan antara lain memuat kuliner langka dan yang sudah musnah, kuliner inovatif dan alternatif, kuliner khas Indonesia, kuliner mancanegara, dan menu lainnya yang mencerminkan pola dan strategi masyarakat dalam bertahan dan menjalani kehidupan. Program ini dilakukan dengan konsep Dapur Terbuka yang memungkinkan terjadinya interaksi antara juru masak dan para pengunjung. Lewat
suasana pawon yang terbuka dan riuh-santai para pengunjung dapat berinteraksi mengenai proses memasak dari awal sampai mencicipi dan menikmati hasil masakan. Resep setiap menu juga akan ditampilkan sehingga para pengunjung dapat mempraktekkannya sendiri di rumah masing-masing sebagai pilihan menu untuk sendiri, keluarga maupun orang-orang tercinta.
- Pasar Raya FKY (24 September - 7 Oktober 2023)
Seperti tahun-tahun sebelumnya, FKY tahun ini juga mewadahi masyarakat atau pelaku ekonomi kreatif terutama produk kuliner tradisional nusantara dan produk kreatif di DIY dan sekitarnya. Pewadahan itu akan dilakukan dengan mengadakan sebuah program bernama Pasar Raya FKY. Kegiatan ini akan dilaksanakan di tempat utama penyelenggaraan FKY (Alun-Alun Wates, Kulon Progo).
- Panggung FKY (24 September - 7 Oktober 2023)
Program hiburan akan disediakan oleh FKY melalui program Panggung FKY yang berisikan berbagai macam jenis pertunjukan yang didapat dari open call, penunjukan komunitas tertentu, delegasi empat kabupaten dan satu kota, dan delegasi dari provinsi luar DIY. FKY 2023, dengan tajuk Kembul Mumbul, mengajak para pelaku seni untuk unjuk diri melalui wadah panggung FKY sebagai wujud keikutsertaan dalam meramaikan FKY tahun ini. Pertunjukan-pertunjukan yang hadir di antaranya berjenis tari, seni kerakyatan, teater, musik, seni kontemporer, performance art dan lainnya.
- Tak Tik Tuk (Lokakarya) (28 September, 5 & 6 Oktober 2023)
Membaca Yogyakarta yang tengah dilanda bencana ekologis bernama sampah, FKY memutuskan untuk mengadakan program lokakarya ini yang bertujuan untuk untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pengolahan sampah rumah tangga menjadi bahan yang bisa digunakan kembali. Program Tak Tik Tuk ini memiliki subtema “Pengelolaan Sampah Dimulai dari Kita”. Subtema ini diambil berdasarkan keresahan terhadap sampah rumah tangga yang akan turut mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Mulai dari pencemaran lingkungan, menurunnya produktivitas pertanian, hingga perubahan iklim yang cukup drastis.
- Searah Rasa (28, 29, 30 September & 1, 6 - 8 Oktober 2023)
Searah Rasa merupakan program publik yang bekerja pada ranah jelajah, tur, jalan-jalan yang sesuai tema besar FKY. Program ini akan menelusuri dan mendatangi jejak pangan melalui pasar, sejarah, irigasi pertanian, pertanian sayur, perikanan dan juga cita rasa lokal. Frasa Searah Rasa bermakna mendatangi, mengetahui, dan mencari jejak-jejak kebudayaan, dan menyamakan arah tujuan demi tercapainya pencatatan produk kebudayaan di Yogyakarta bersama masyarakat. Tahun ini FKY mengajak pengunjung untuk menjelajahi lokasi-lokasi di Kulon Progo yakni Menoreh Farm Stay Samigaluh; Tambak Mujahidkoe Farm Pantai Imorenggo; Pasar Kenteng Nanggulan; Pasar Wates;
Desa Wisata Purwosari; Roti Kolembeng Pak Giman; Pabrik Gula Sewu Galur; Pintu Air Dam Sapon; dan Lahan Pertanian Desa Sukorejo.
- FKY Bugar (30 September dan 1 Oktober 2023)
Program ini merupakan kegiatan olahraga senam untuk umum yang diagendakan oleh FKY 2023 untuk bersuka cita dan sebagai sarana menjaga kesegaran, kebugaran, dan kesehatan bagi masyarakat. Program ini berkolaborasi dengan komunitas senam di Kulon Progo.
- FKY x Jogja Book Fair (8 - 14 Oktober 2023)
Program ini merupakan bazar buku kerja sama antara FKY dengan IKAPI yang berlokasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY. Program ini akan banyak menghadirkan buku-buku karya sastra, seni, budaya, sosial, dan buku-buku yang bersinggungan dengan pangan. Buku-buku yang disediakan berasal dari penerbit-penerbit anggota IKAPI Yogyakarta, penerbit-penerbit alternatif Yogyakarta, penerbit-penerbit luar Yogyakarta, buku bekas dan buku lawas.
- Wicara FKY (26, 29 September, 5 -7, 8, 11, 14 Oktober 2023)
Wicara FKY merupakan program yang berupa seminar dan diskusi dengan kemasan santai, tetapi tanpa mengurangi kadar keseriusan dan bobot nilai topik pembicaraan. Program ini menghadirkan para pakar di bidang sastra, gastronomi, lingkungan, dan planologi kawasan, pertanian, perkebunan dan peternakan, kesehatan, cuaca dan iklim, dan seni bunyi. Para pakar bicara dan menjawab pertanyaan seputar tema di setiap program wicara. Hal-hal yang berhubungan dengan dunia pangan dengan pijakan sejarah dan perkembangannya di wilayah urban dan rural, desa dan kota, dan segala problemnya, menjadi topik yang tak terpisahkan dari forum ini.
- Pameran Nget-Ngetan (28 September - 13 Oktober 2023)
Nget-Ngetan adalah program pameran dengan topik ketahanan pangan yang diadakan oleh FKY 2023. Nget-Ngetan dipandang sebagai kata yang dekat dengan anggapan dan ujaran dalam bahasa Jawa yang merujuk pada proses atau cara, seperti pada aktivitas dapur, memasak; sayur yang kembali dipanaskan berkali-kali supaya tahan lebih lama. Perspektif lain, Nget-Ngetan sebagai istilah atau kata kerja yang dalam bahasa Indonesia berarti saling lihat, tatap-menatap, dan menyapa satu sama lain. Nget-Ngetan merupakan penyatuan dua pandangan tersebut, sebuah ruang bersama dan kolaborasi antara para pelajar, inovator, individu dan komunitas masyarakat, dan para seniman untuk melakukan aktivasi bersama menaikkan dan mengangkat kembali berbagai pengetahuan ketahanan pangan terkait invensi, potensi, inovasi dan teknologi bertahan hidup masyarakat agar muncul ke permukaan publik yang lebih luas, sehingga para warga pengunjung dapat (sempat) mencicipi sajian karya-karya sebelum benar-benar tidak terjumpai lagi. Maka dari itu, judul ini menjadi jangkar tema program pameran FKY 2023 yang menitikberatkan
pada konten pameran empat ruas, yaitu Pelajar, Reka Baru, Kelana Karya (Sowan) dan Aktivasi Arsip Sastra Jawa Klasik.
- Siniar FKY (25 September - 7 Oktober 2023)
Siniar FKY merupakan program talk show dalam bentuk podcast yang akan mengundang beberapa narasumber untuk membicarakan berbagai isu terutama yang berhubungan dengan tema besar FKY 2023 “Ketahanan Pangan”. Selain itu program ini juga digunakan sebagai wadah aktivasi program-program yang ada di dalam FKY tahun ini. Dikemas dalam format obrolan santai namun tetap tidak mengurangi tingkat relevansi isu yang akan dibahas. Siniar FKY akan bertempat di area venue utama Alun-Alun Wates. Siaran ulang Siniar FKY juga akan ditayangkan dalam kanal Youtube FKY.
- Kompetisi: Tarungswara, Ramu Rame, dan Mural dari Rakyat (24 September - 15 Oktober 2023)
Kompetisi adalah program yang diadakan oleh FKY 2023 sebagai ruang laboratori, eksperimentasi dan kolaborasi karya-karya inovatif. Kompetisi terdiri atas beberapa kegiatan berbeda, yaitu Tarungswara, Ramu Rame, dan Mural dari Rakyat.
Pertama, Tarungswara. Program ini merupakan kompetisi komposisi bunyi yang mengaktivasi situs pangan. Para peserta (komposer) mengumpulkan bebunyian yang berasal dari beberapa situs ketahanan pangan (pertanian, peternakan, tambak dan pabrik) sebagai materi dasar komposisi. Karya-karya terpilih akan dipanggungkan di panggung utama FKY 2023 dan dikompilasi dalam Album Musik FKY 2023. Kedua, Ramu Rame. Program ini merupakan kompetisi memasak dengan mengkreasikan resep tradisional. Tema kreasi menu untuk Ramu Rame adalah “Bahan Pangan Lokal untuk Gizi Lebih Baik.” Kreasi dihidangkan dengan memperhatikan nilai gizi dan memanfaatkan bahan pangan lokal sekitar. Ketiga, Mural dari Rakyat. Kompetisi ini merupakan harapan kesadaran masyarakat tentang ketahanan pangan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menumbuhkan kreativitas pemural dengan mengemas tema menjadi karya yang menarik. Kegiatan ini hadir di berbagai titik di DIY. Melalui tema “Panganmu, Panganku, Pangan Kita”, program ini akan menghadirkan visual bertema pangan yang mengangkat isu-isu pangan di DIY.
- Pertunjukan Khusus (29 & 30 September, 4, 8, 11, 13, 14 Oktober)
Program ini berisikan pertunjukan-pertunjukan seperti Teater, Tari, Panenswara dan Angkringan Jokpin. Pada Teater, terdapat dua model kerja berbeda yang akan ditampilkan. Pertama, model pendekatan penciptaan pertunjukan berbasis kolaborasi, di mana tim program FKY 2023 akan menyusun tim pengarah dan mengajak warga dan komunitas gejok lesung di Kecamatan Temon, Kulon Progo, untuk terlibat dalam pertunjukan. Pertunjukan akan membawakan pembacaan dramatik lakon Adeging Astana Girigondo. Kedua, model pertunjukan showcase yang pada gelaran tahun ini akan
dibawakan oleh Teater Koma asal Jakarta yang akan membawakan lakon yang sesuai dengan tema penyelenggaraan FKY 2023.
Pertunjukan tari akan membaca perempuan dalam seni tari dan ruang domestik seperti dapur yang masih menjadi pertanyaan yang menarik. Peristiwa pertunjukan tari akan dibawakan oleh dua penari perempuan, yaitu Fitri Setyaningsih dan Kinanti Sekar Rahina. Selain itu Uni Hartati, koreografer senior asal Padang Panjang yang tinggal di Jakarta juga akan membawakan topik serupa, ketahanan pangan yang bermula dari ruang domestik yaitu meja makan. Kemudian semangat ketahanan dan keberlanjutan akan dipresentasikan melalui hasil sowan dari seniman muda dari 4 kabupaten dan 1 kota D.I. Yogyakarta kepada seniman tradisi senior. Anter Asmorotedjo juga akan hadir di ruang pameran FKY kali ini dalam rangka mempersepsi ulang pengetahuan tentang ketahanan pangan melalui salah satu karya dari perupa Wisnu Ajitama.
Panenswara merupakan Program pertunjukan musik antara masyarakat lokal yang memiliki karya bunyi/musik yang berasal dari upacara adat yang terkait tema tahunan FKY yang dikolaborasikan dengan musisi EDM nasional, sehingga terjadi dialog musikal antar idiom sebagai ekspresi saling mengunjungi. Pertunjukan akan dihadirkan di desa/wilayah asli dari masyarakat lokal yang dilibatkan. Pada program ini, FKY mengundang seniman Tesla Manaf yang melakukan proses penciptaan musik bersama Karawitan Trisula, Padepokan Selodranan, Clapar, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo.
Sementara Angkringan Jokpin merupakan pertunjukan sastra yang memanggungkan pembacaan karya semi talkshow yang akan dipandu oleh Joko Pinurbo selaku host. Angkringan Jokpin hadir untuk memeristiwakan gagasan-gagasan dan karya para sastrawan dari Antologi Sastra FKY 2023. Acara ini akan hadir menjadi bagian dari FKY x Jogja Book Fair.
- Buku Antologi Karya Sastra FKY 2023
FKY mengundang 10 penyair, 5 cerpenis, dan 1 penulis drama dari komunitas untuk menulis adaptasi cerita bersambung Api di Bukit Menoreh karya SH Mintardja. Latar belakang para sastrawan yang diundang untuk menerbitkan karyanya dalam program ini menjadi penting, mengingat Yogyakarta adalah kota diaspora. Keragaman budaya yang dibawa dan wawasan pengetahuan mengenai pangan di setiap daerah, atau pengalaman kuliner, atau pandangannya tentang isu-isu pangan yang mengusik dan menggelisahkan perasaan para sastrawan diharapkan dapat tersurat lewat karya-karya yang dihasilkan. Tantangan menulis karya tentang pangan menjadi penting dilakukan untuk menilai sejauh mana tatapan para sastrawan dalam menghadapi isu pangan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
- Sowan – Menyurat yang Silam (1 September - 15 Oktober 2023)
Sowan – Menyurat yang Silam adalah upaya penyelamatan kearifan budaya masyarakat desa di Kulon Progo dari kelenyapannya oleh gejolak modernisasi. Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 akan menghadirkan peserta atau penulis pilihan (Latif Prakoso dan Bambang Jati Asmoro) yang menyusuri Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan, Kokap, dan Panjatan untuk mencatat istilah istilah yang mencakup pengetahuan tentang tata cara serta nama-nama alat pertanian, pertukangan, ternak, pengairan dan pasar yang khas dari masyarakat desa di Kulon Progo. Istilah tersebut beserta definisinya akan dijaring dan dikekalkan menjadi sebuah kamus kecil atau glosarium untuk ditayangkan di laman FKY.ID.
- Inkubasi Musisi (24 September - 15 Oktober 2023)
Program ini mengumpulkan lima musisi muda yang berbasis di wilayah Yogyakarta dengan genre yang berbeda. Program ini merupakan upaya mempercakapkan objek kebudayaan melalui karya kolaborasi dari para musisi muda. Sehingga generasi musisi kiwari mampu menyiarkan isu-isu kebudayaan dengan lebih berani, centil, unik dan fresh. Pada komisi kali ini para musisi yang menjadi satu tim akan membuat 2 lagu terkait tema FKY 2023 yaitu tentang Ketahanan Pangan. Hasil karya komposisi kemudian diwujudkan dalam Mini Album (Digital) dan dipentaskan di panggung penutupan FKY.
Seluruh rangkaian program FKY 2023 akan berlangsung pada tanggal 24 September - 15 Oktober 2023. Semua acara akan terbuka untuk umum dan beberapa acara akan disiarkan ulang kanal Youtube FKY. Untuk jadwal detail agenda dan beberapa narasi program akan terus diupdate di FKY.ID. Hasil seluruh dokumentasi pengetahuan berupa buku berkaitan dengan program tertentu juga dapat diakses meski festival telah berakhir. Semuanya akan dipublikasikan dan open akses untuk publik luas. Harapannya melalui FKY 2023, kesadaran masyarakat terkait isu ketahanan pangan bisa terus tumbuh sehingga akan menciptakan berbagai kemungkinan-kemungkinan baru secara kultural, untuk mencapai kedaulatan atas persoalan pangan yang akan terus bergulir.